Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek terus mengembangkan inovasi petani untuk meningkatkan produktivitas pertanian daerahnya, sementara di sisi lain rendah karbon.
"Dengan inovasi-inovasi yang nantinya dapat diakses secara legal dan aman itu diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian yang juga rendah karbon," kata Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin, Senin.
Peningkatan produksi dimaksud dilakukan dengan cara melegalkan inovasi petani lewat bantuan sertifikasi hingga uji coba demplot pertanian regeneratif IP 400.
Langkah itu dinilai mampu meningkatkan produktivitas pertanian, namun di sisi lain rendah karbon.
Sertifikasi menjadi jalan satu-satunya agar inovasi pertanian yang mengedepankan kearifan lokal di Bumi Menak Sopal itu, dapat diproduksi dan disebarluaskan secara masif.
Dengan adanya sertifikasi itu, juga memberikan efek ganda, seperti misalnya dampak peningkatan perekonomian masyarakat petani lewat penjualan produk.
Menurut Mas Ipin, opsi itu lebih realistis ketimbang membuka lahan baru yang secara otomatis juga mempengaruhi tatanan lingkungan. Terlebih produk dari inovasi petani itu sudah teruji.
Misalnya, pembuatan pupuk maupun pestisida organik yang dinilai tak kalah saing dengan produk berbahan kimia di pasaran. Termasuk benih lokal yang diyakini lebih tahan hama.
"Namun kendalanya karena tidak mengantongi izin edar sehingga sesama petani lokal tidak bisa menggunakan sarana pertanian tersebut," ujarnya lagi.
Dari berbagai problematika di lapangan itu, Trenggalek ingin meningkatkan produktivitas pertanian namun tetap rendah karbon, tanpa harus membuka lahan baru secara ugal-ugalan.
Untuk itu, pemerintah bakal uji coba demplot regeneratif IP 400 yang rencananya bakal dilakukan di Desa Sukorejo.
Pemerintah bakal melakukan modifikasi penyiapan lahan tanam dengan melapisi tanah sebelum diolah menggunakan lapisan permeable.
"Ini dimaksudkan agar sawah nantinya tidak perlu mengonsumsi banyak air, karena air ditahan tidak meresap ke tanah," katanya.
Dalam uji coba itu, pihaknya juga bakal menggunakan bibit, pupuk hingga pestisida secara organik serta pengelolaan pascapanen menggunakan teknologi pyrolisis untuk mengurangi polusi pembakaran sisa hasil pertanian.
Jika berhasil, panen padi dapat dilakukan sebanyak empat kali sehingga dapat menghindari potensi krisis pangan dan krisis iklim.
"Jadi IP 400 dimaksudkan untuk mencapai empat kali panen dalam setahun sebagai bentuk intensifikasi pertanian pada lahan sempit. Hemat air dan juga residunya kami kelola dengan baik untuk jadi pestisida nabati. Bisa jadi arang sekam untuk tanam dan lain sebagainya," tuturnya.