Surabaya (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan 11 kota di wilayah tersebut, pada Januari 2024 mengalami deflasi sebesar 0,10 persen dibanding pada Desember 2023 yang mencapai inflasi di angka 0,36 persen.
Kepala BPS Provinsi Jawa Timur Zulkipli saat menyampaikan Berita Resmi Statistik di Surabaya, Kamis, mengatakan jika secara bulanan (m-to-m) mengalami deflasi namun secara tahunan (y-o-y) mengalami inflasi sebesar 2,47 persen.
"Namun kalau kami perhatikan perkembangan di Januari yang mengalami deflasi untuk tahun ini, tidak terjadi dalam beberapa tahun sebelumnya karena sebelumnya lebih cenderung pada Januari itu mengalami inflasi secara month to month," ucapnya.
Zulkipli menjelaskan, dari 11 kota IHK di Jatim, enam kota mengalami deflasi dengan yang terdalam di Kota Surabaya sebesar 0,26 persen dan yang terendah di Sumenep serta Banyuwangi sebesar 0,02 persen.
"Sementara lima kota lainnya mengalami inflasi, di mana inflasi tertinggi itu ada di Kabupaten Gresik sebesar 0,19 persen sedangkan inflasi terendah ada di Kota Probolinggo 0,10 persen," katanya.
Menurut hasil catatan, kata dia, deflasi di Surabaya terjadi yang paling signifikan dikarenakan turunnya tarif angkutan udara pada Januari 2024.
"Berdasarkan kelompok pengeluarannya, transportasi mengalami deflasi sebesar 0,98 persen, makanan minuman dan tembakau sebesar 0,19 persen serta dari informasi komunikasi dan jasa keuangan juga mengalami deflasi sebesar 0,03 persen," tuturnya.
Sementara, kelompok yang mengalami inflasi di antaranya kesehatan 0,34 persen, perawan pribadi jasa lainnya 0,24 persen serta perumahan listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,17 persen.
Selanjutnya, jika dilihat secara tahunan Jawa Timur mengalami Inflasi 2,47 persen dan yang tertinggi ada di Bojonegoro dengan angka 4,58 persen diikuti Sumenep sebesar 3,88 persen.
"Tentu harus menjadi perhatian untuk dua kabupaten ini karena angka inflasi tahunannya saat ini sudah melebihi dari target pemerintah dua koma lima plus minus satu persen persen, sedangkan untuk kota-kota lainnya cenderung mengalami inflasi tahunannya masih di dalam target pemerintah," ujarnya.
Zulkipli menambahkan, apabila di lihat lebih dalam di dalam kelompoknya maka makanan minuman dan tembakau mengalami inflasi sebesar 5,46 persen.
"Jadi apabila kejadian pada 2023 itu tidak berbeda jauh dengan kejadian di 2024 maka nantinya kelompok makanan minuman dan tembakau ini kembali akan menjadi dominan di dalam perhitungan inflasi di tahun 2024," kata Zulkipli.
Tak hanya itu, kalau dilihat perkembangan-perkembangan yang lainnya maka untuk kelompok penyediaan makanan dan minuman restoran yang mengalami inflasi 2,24 persen.
Kemudian, juga kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang mengalami kenaikan sebesar 2,97 persen.
"Jadi nantinya kami akan bisa memperkirakan di kelompok mana yang akan diupayakan, untuk dikendalikan agar mencapai target pemerintah sebesar dua koma lima plus minus satu persen," ujar Zulkipli.