Bojonegoro Tekan AKI Melalui Bidan Desa
Selasa, 15 November 2011 18:34 WIB
Bojonegoro - Pemkab Bojonegoro, Jawa Timur, terus berusaha menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) dengan meningkatkan kemampuan bidan desa.
"Di luar takdir dan doa, usaha menekan kematian ibu dan anak dalam persalinan di Bojonegoro tetap diusahakan dengan berbagai usaha, salah satu caranya dengan meningkatkan kemampuan bidan desa," kata Bupati Bojonegoro, Suyoto, Selasa.
Di dampingi Kepala Dinas Kesehatan, Harjono, sebelum rakorkesda ia menjelaskan, berdasarkan laporan dari rumah sakit dan puskesmas, pada 2010 AKI di Bojonegoro sebesar 98,17 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 9,35 per 1.000 kelahiran hidup.
"AKI dan AKB di Bojonegoro itu sudah dibawah nasional, namun tetap harus ditekan," katanya menegaskan.
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Bojonegoro, Harijono, dalam kasus persalinan di Bojonegoro angka kematin ibu akibat pendarahan 25 persen, keracunan kehamilan 25 persen dan penyakit jantung 25 persen.
Selain itu, faktor tidak langsung di antaranya rendahnya pendidikan keluarga, kurangnya pemahaman keluarga tentang risiko tinggi ibu hamil dan bayi baru lahir. Faktor lainnya, faktor ekonomi sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan keluarga sehingga mengakibatkan keterlambatan mendapatkan pelayanan kesehatan.
Lebih lanjut Suyoto menjelaskan, usaha meningkatkan kemampuan bidan desa yakni dengan memberikan pelatihan yang melibatkan dokter spesialis ."Di Bojonegoro ada 420 bidan desa dan 503 bidan swasta," kata Harijono menjelaskan.
Selain itu, lanjut Suyoto, juga meningkatkan kesehatan ibu, dengan melalui berbagai program kesehatan yang ada, termasuk melibatkan bidan swasta di dalam program jaminan persalinan (jampersal).
Pemkab, lanjutnya, juga masih mengkaji kemungkinan menambah subsidi program jampersal yang sementara ini dari Pemerintah besarnya berkisar Rp350 ribu hingga Rp400 ribu, setiap persalinan.
"Kita masih mengkaji, biaya tersebut masih kurang atau sudah cukup untuk sebuah biaya persalinan yang aman," katanya menjelaskan. (*).