Tulungagung Belum Miliki Alat Pendeteksi Tsunami
Senin, 14 November 2011 18:11 WIB
Tulungagung - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tulungagung, Jawa Timur Agus Purwanto, Senin, mengemukakan bahwa Tulungagung hingga kini belum memiliki alat pendeteksi tsunami meski memiliki kawasan pesisir yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.
"Kami belum bisa menyediakan piranti pendeteksi tsunami karena memang anggaran untuk itu belum ada. Rencana anggaran tahun depan akan kami ajukan," ujarnya.
Meski begitu Agus tidak bisa memastikan pengadaan alat deteksi tsunami tersebut kapan terealisasi.
Sebab, BPBD Tulungagung saat ini lebih memprioritaskan penguatan organisasi serta penyediaan sejumlah prasarana dan sarana mitigasi bencana berskala kecil, seperti alat komunikasi, pelampung, perahu karet, serta perlengkapan kantor di sekretariat BPBD.
"Kami belum mengetahui secara pasti kebutuhan anggaran untuk pengadaan alat tersebut. Jika memang terjangkau, seharusnya rancangan anggaran yang akan kami ajukan bisa disetujui, tapi sebaliknya, mungkin akan diupayakan dengan meminta bantuan dari pusat," katanya menjelaskan.
Hal senada juga diungkapkan Anggota Komisi A DPRD Tulungagung, Suwito yang juga politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN). Ia yang juga terlibat dalam keanggotaan BPBD mengisyarakatkan bahwa pengadaan alat pendeteksi tsunami belum masuk skala prioritas dengan alasan keterbatasan anggaran daerah.
"Tidak mungkin kami merekomendasikan pembelian piranti itu jika harganya mencapai miliaran atau bahkan puluhan miliar rupiah. Tapi kalau memang terjangkau secara anggaran, DPRD tentu juga tidak akan mempersulit rencana itu," jawabnya
Kendati begitu, ketiadaan sarana mitigasi bencana tersebut disesalkan sejumlah pihak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar kawasan pesisir selatan Tulungagung. Sebab, daerah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Trenggalek dan Blitar tersebut memiliki empat kawasan pesisir yang menjadi konsentrasi pemukiman nelayan yakni Pantai Popoh, Sidem, Sine, serta Dlodo.
Selain itu, tiga daerah pesisir di sekitarnya yakni Kabupaten Pacitan, Trenggalek serta Blitar, semuanya telah memiliki alat deteksi tsunami meski dengan jumlah terbatas.
"Ini memang sangat ironis mengingat potensi maupun risiko bencana tsunami di kawasan pesisir selatan Tulungagung sangat tinggi karena posisinya yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia," ujar Regional Officer Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Tulungagung, M Fatah. (*)