Tulungagung (ANTARA) - Bupati Tulungagung Maryoto Birowo mengimbau warganya yang tinggal di pesisir selatan daerah itu agar tidak panik dengan isu potensi tsunami sebagaimana barusan dirilis lembaga penelitian ITB.
"Kenali dan pahami dulu tanda-tanda akan terjadinya tsunami. Tidak perlu panik berlebihan," kata Bupati Maryoto usai mengunjungi Pantai Sine, di Tulungagung, Jawa Timur, Selasa.
Salah satu tanda tsunami yang paling khas adalah terjadinya gempa bumi dengan kekuatan minimal tujuh (7) skala Richter.
Setelah terjadi gempa, lanjut dia, biasanya permukaan air laut (seperti) menyusut dan ikan naik ke permukaan.
Hal ini terlihat jelas di daerah pesisir yang terdampak, dimana air pantai surut dengan cepat.
Fenomena alam lain yang biasanya terlihat adalah burung yang berterbangan di atas laut dan suara bergemuruh dari arah laut.
"Untuk meminimalisasi korban jika terjadi tsunami, gunakan rumus 20-20-20. Maksudnya, 20 pertama berarti gempa terjadi selama 20 detik atau lebih. Setelah gempa terjadi, warga punya waktu 20 menit untuk mengungsi. Dan angka yang 20 terakhir, lokasi mengungsi setidaknya di ketinggian 20 meter dari bibir pantai," katanya.
Bupati Maryoto merasa perlu memberikan sosialisasi tentang bencana tsunami bersama jajaran BPBD setempat, karena di kawasan pesisir Pantai Sine sempat terjadi kepanikan masal, menyusul terjadinya fenomena alam naiknya ikan di pantai pada Rabu (7/10).
Saat itu, penduduk di sekitar Pantai Sine, khususnya yang bermukim di Desa Kalibatur, Kecamatan Kalidawir mendadak panik mengungsi di ketinggian bukit.
Maryoto meminta masyarakat tidak perlu was-was adanya bencana tsunami, senyampang tidak ditemui tanda-tanda yang disebutkan.
Ke depan, pihaknya akan memasang EWS (early warning system) sistem peringatan dini di sekitar Pantai Sine.
"Penyediaan EWS ini perlu, memang nanti akan kita pasang," kata Maryoto.
Bupati Tulungagung imbau warga pesisir tidak panik isu tsunami
Selasa, 13 Oktober 2020 21:17 WIB