Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur menggandeng penyedia layanan (provider) internet lokal untuk mengurangi area blank spot jaringan internet di wilayah pedalaman/pegunungan daerah itu.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kabupaten Trenggalek Edif Hayunan Siswanto, di Trenggalek, Selasa, mengatakan saat ini masih ada 17 dusun yang masuk area blank spot atau belum terjangkau jaringan internet.
"Jumlah ini sebenarnya sudah jauh menurun dibanding sebelumnya. Kami akan maksimalkan lagi dengan jaringan optik ke wilayah-wilayah blank spot ini dengan menggandeng provider lokal," kata Edif.
Sebenarnya, lanjut dia, untuk tingkat desa dan kelurahan di Kabupaten Trenggalek sudah terjangkau jaringan internet berkat pendirian belasan tower seluler milik provider swasta nasional maupun milik PT Telkom.
Tujuh dari 157 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Trenggalek yang sebelumnya berstatus blank spot, saat ini juga sudah terjangkau internet.
Hanya saja, untuk tingkat dusun, lanjut Edif, masih ada 17 dusun yang belum tersentuh jaringan internet, karena lokasinya di pedalaman, kebanyakan di sekitar pegunungan.
"Tahun 2023, kami mengentaskan tujuh desa dari kawasan blank spot, sehingga kini sudah mendapat akses internet," katanya.
Baca juga: Trenggalek raih penghargaan Gerakan Kota Cerdas 2022 dari Kominfo RI
Perluasan jangkauan akses internet itu semakin mengerutkan area-area blank spot di Trenggalek.
Edif menyebut pihaknya saat ini sedang berfokus untuk menuntaskan 17 dusun yang masih belum tersentuh internet dengan maksimal.
Belasan dusun itu rata-rata berada di kawasan sekitar pegunungan maupun lembah-lembah.
"Pada intinya di tahun 2023, kawasan desa sudah tidak ada yang blank spot, sehingga kita menggunakan basis yang lebih kecil, yaitu dusun. Dusun blank spot mayoritas terjadi di lembah atau daerah cekungan pegunungan, sehingga menyebabkan sinyal seluler sulit untuk masuk kawasan itu," imbuhnya.
Standarisasi kategori blank spot yang dimaksud, lanjut Edif, adalah daerah yang cakupan internetnya maksimal hanya akses sinyal 2G.
Padahal, saat ini sinyal 2G sudah tidak relevan untuk mengakses internet, baik untuk unggah maupun unduh seperti kebanyakan aktivitas pengguna internet pada umumnya. Untuk itu, pihaknya berencana memaksimalkan infrastruktur telekomunikasi dengan para provider.
Hanya saja, kata Edif, pihaknya menuai kendala, karena tak semua penyedia jaringan seluler mau berinvestasi dengan membangun base transceiver station di daerah dengan masyarakat yang minim akses internet.
"Pihak operator pun akan menimbang kebutuhan pengguna internet jika akan membangun menara. Kalau sudah membangun menara tapi jumlah penduduknya sedikit, ditambah mereka jarang mengakses internet, operator ini akan rugi," ujarnya.
Untuk mengentaskan problematika itu, pihaknya memutuskan lebih banyak menggandeng jasa penyedia internet service provider lokal ke lokasi-lokasi blank spot dengan menarik kabel optik ke wilayah tersebut.
Dengan begitu, Edif berharap seluruh masyarakat Bumi Menak Sopal dapat menjangkau akses internet dengan maksimal. Sebab, internet di era seperti saat ini sudah menjadi kebutuhan.