Kepala Dinas Pendidikan Jatim Aries Agung Paewai dalam keterangan di Surabaya, Sabtu, mengatakan komunitas PMR selama ini hampir mati suri di setiap sekolah.
"Kami mau menghidupkan kembali jiwa kemanusiaan kepemimpinan sehingga mereka bergerak membantu bersama menghidupkan sosial mereka dengan kegiatan palang merah karena tidak punya tendesi apapun selain kemanusiaan," ujarnya.
Dengan berbekal jiwa sosial yang sudah tertanam sejak dini, saat dewasa para siswa yang tergabung dalam organisasi PMR akan memberikan dampak baik bagi lingkungan masyarakat dan lingkungan sosial lainnya.
"Kerja sama dilaksanakan sejak nota kesepahaman ditanda tangani. Jadi tiap sekolah harus memiliki PMR. Penguatan ini agar mereka betul-betul memberikan dampak positif bagi lingkungan," ucapnya.
Kepala SMKN 6 Surabaya, Bahrun menyambut baik upaya menghidupkan kembali PMR. Menurut dia, kerja sama yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Jatim ini akan memperkuat komunitas PMR yang sudah terbentuk sejak lama di sekolah.
"Dengan kerja sama ini nantinya bisa lebih banyak pelatihan-pelatihan tentang PMR dan diberikan keterampilan khusus, serta dibekali penanganan yang lebih intensif sehingga bisa dijalankan dengan baik," katanya.
Menurutnya dia, peran PMR sangat vital dalam struktur keorganisasian sekolah karena memiliki keahlian pertolongan pertama pada saat kegiatan upacara atau kegiatan lain di sekolah.
"Kami sudah mengikuti berbagai lomba-lomba PMR. Karena pengalaman ini memang sangat dibutuhkan, terutama bagaimana menangani ada siswa mengalami pingsan atau sakit. PMR sangat sigap. Proses evakuasi mereka juga menguasai," ucapnya.
Pihaknya telah bekerja sama dengan PMI Surabaya untuk pelatihan dasar penanganan pertama saat ada permasalahan kesehatan siswa. Total anggota PMR di sekolahnya pun minimal berjumlah 20 siswa.