Kediri - Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri mempertanyakan proses pengambilan sampel oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Surabaya yang menyatakan jika sampel susu Jenius yang membuat sejumlah siswa keracunan tidak memenuhi syarat. "Kami tidak tahu proses pengambilan sampelnya seperti apa, hingga hasil kandungannya seperti itu," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri Adi Laksono di Kediri, Rabu, menyikapi tetang hasil pemeriksaan BPOM Surabaya. Ia mengaku, memang sempat mendengar jika BPOM Surabaya datang ke lokasi kejadian, pada 7 Oktober 2011 (pascakejadian keracunan susu merek Jenius di SDN Gadungan IV dan MI Islamiyah, Desa Sidomulyo, Kecamatan Puncu). Mereka mengambil sampel di MI tersebut untuk diteliti dan 11 Oktober di lokasi perusahaan, di Dusun Joho, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri. "Namun, saya belum tahu pasti, sampel yang diambil itu terbuka atau tertutup (dalam kemasan cup plastik yang terbuka atau tertutup, red)," ucapnya. Ia mengaku, hingga kini juga belum mendapat hasil uji laboratorium dari Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya (BBLKS) seteah kejadian keracunan pada 25 Oktober di SDN Gadungan III dan SD NU Watugede, Kecamatan Puncu. Pihaknya mengirimkan sembilan sampel dalam keadaan terbuka, yaitu dua dari SD NU Watugede, sementara sisanya dari SDN Gadungan. Namun, karena sampel yang dikirimkan terbuka, dan dimungkinkan sudah tercemar, pihaknya diminta mengirimkan sampel dalam keadaan tertutup. Dimungkinkan, hasil sampel itu akan selesai pada Jumat (4/11) mendatang. "Kami hanya dapat hasil sampel kejadian pada 6 Oktober lalu, dan sudah turun pada 14 Oktober lalu, sudah kami berikan juga ke petugas berwenang, dan hasilnya saat itu negatif," ucapnya. Pihaknya tidak ingin berkomentar tentang hasil dari BPOM yang menyimpulkan jika kandungan bakteri di susu "Jenius" itu melebihi batas dan lokasi perusahaan dinilai kurang steril. Ia beralasan, akan meminta penjelasan langsung dari BPOM serta Dinas Pendidikan Provinsi Jatim, tentang masalah tersebut. BPOM Surabaya telah melakukan uji sampel susu yang menyebabkan kejadian luar biasa. Sampel itu diambil pada 11 Oktober 2011 dengan mengambil sampel minuman susu rasa stroberi merek "Jenius". Hasil uji laboratorium, diketahui kandungan bakteri "Coliform" mencapai 1.100 APM/mililter, padahal syaratnya adalah kurang dari 10 APM/mililter. Sementara jenis bakteri lainnya, seperti E coli normal, namun disimpulkan jika hasil uji laboratorium, susu itu tidak memenuhi syarat. Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kabupaten Kediri, Edhi Purwanto mengaku masih akan terus menunggu hasil uji laboratorium resmi dari BBLKS Surabaya. "Yang jelas, kami masih menunggu hasil resmi dari BBLKS dan uji laboratorium dari polisi," kata Edhi. (*)
Dinkes Pertanyakan Hasil Uji Laboratorium BPOM
Kamis, 3 November 2011 5:44 WIB