Koordinator hibah mitra UMKM Dhyah Harjanti saat dikonfirmasi di sela kegiatan pembinaan pelaku UMKM di Surabaya, Senin mengatakan kegiatan tersebut merupakan salah satu hibah dari Dikti dan sudah berjalan selama beberapa tahun terakhir.
"Sebelumnya kami memberikan pembinaan kepada warga tersebut karena sering mengalami rob, pengadaan air bersih dan sekarang peningkatan ekonomi," katanya.
Ia mengatakan, di lokasi tersebut merupakan salah satu penghasil rumput laut dengan kualitas ekspor. Warga ingin rumput laut tersebut juga bisa digunakan menjadi produk olahan lainnya seperti stik rumput laut dan juga kerupuk rumput laut.
"Kami memberikan pembinaan mulai dari produksi, pengemasan sampai dengan pemasaran," katanya.
Ia mengakui, sebelum mendapatkan pembinaan tersebut hasil produksi kerupuk rumput laut masih belum memiliki standar baku yang terkadang hasilnya bagus, terkadang juga hasilnya kurang bagus.
"Termasuk dengan pengemasan yang kurang memenuhi standar sehingga potensi untuk dijual ke luar wilayah masih sulit, termasuk juga ekspor," katanya.
Ia mengatakan, sebelum mendapatkan pembinaan dari UK Petra hasil kerupuk rumput laut dijual dengan harga Rp15 ribu masih kesulitan.
"Kini dengan adanya pembinaan tersebut kemasannya sudah di rebranding dan bisa laku sampai dengan Rp30 ribu per kemasan," katanya.
Ia mengatakan, saat ini yang dilakukan adalah membantu para pelaku UMKM tersebut supaya bisa memasarkan produk mereka supaya diekspor ke luar negeri.
"Oleh karena itu, kami memberikan pelatihan pemasaran digital supaya produk yang dihasilkan bisa merambah pasar digital dan juga ekspor," katanya.
Ia mengatakan, salah satu upaya yang kini sedang dilakukan adalah pendaftaran merek yang digunakan oleh pelaku UMKM supaya merek produksi mereka tidak ada yang meniru.
"Karena kalau untuk NIB (Nomor Induk Berusaha) sudah ada, tinggal izin merek," ucapnya.
Ia berharap dengan pembinaan diberikan secara simultan pada tiga aspek utama, yaitu penyusunan model bisnis yang tepat, pembenahan proses produksi, dan penguatan jaringan pemasaran dengan memanfaatkan teknologi digital.
"Program UMKM berbasis kemitraan dengan mitra ini dititikberatkan pada pemberdayaan ekonomi biru di daerah potensial industri kemaritiman terutama budidaya rumput laut di wilayah Jawa Timur," katanya.
"Kini dengan adanya pembinaan tersebut kemasannya sudah di rebranding dan bisa laku sampai dengan Rp30 ribu per kemasan," katanya.
Ia mengatakan, saat ini yang dilakukan adalah membantu para pelaku UMKM tersebut supaya bisa memasarkan produk mereka supaya diekspor ke luar negeri.
"Oleh karena itu, kami memberikan pelatihan pemasaran digital supaya produk yang dihasilkan bisa merambah pasar digital dan juga ekspor," katanya.
Ia mengatakan, salah satu upaya yang kini sedang dilakukan adalah pendaftaran merek yang digunakan oleh pelaku UMKM supaya merek produksi mereka tidak ada yang meniru.
"Karena kalau untuk NIB (Nomor Induk Berusaha) sudah ada, tinggal izin merek," ucapnya.
Ia berharap dengan pembinaan diberikan secara simultan pada tiga aspek utama, yaitu penyusunan model bisnis yang tepat, pembenahan proses produksi, dan penguatan jaringan pemasaran dengan memanfaatkan teknologi digital.
"Program UMKM berbasis kemitraan dengan mitra ini dititikberatkan pada pemberdayaan ekonomi biru di daerah potensial industri kemaritiman terutama budidaya rumput laut di wilayah Jawa Timur," katanya.
Sebagai informasi, jenis rumput laut gracilaria yang dibudidayakan di Kelurahan Kupang Dusun Tanjungsari, Tegalsari, dan Kalialo, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo memiliki produksi berkisar antara 200-500 ton per bulan dengan kadar air 18-20 persen.
Salah satu pelaku UMKM Dyah Sudaryani mengaku senang dengan pembinaan tersebut karena hasil produksi kerupuk rumput laut yang dibuat bisa dikenal luas.
"Penting bagi kami untuk mendapatkan pelatihan, karena kami menjadi paham bagaimana menghasilkan produk sesuai dengan pasar yang ada saat ini," katanya.
Ia mengakui, untuk menembus pasar luar negeri memang sulit, apalagi tanpa dibekali dengan keterampilan yang memadai mengingat sebagian besar pelaku UMKM tersebut adalah ibu-ibu.
"Kami ingin memanfaatkan sebaik-baiknya, termasuk menjajakan produk kami ke pasar digital supaya bisa di ekspor ke luar negeri," katanya.
Salah satu pelaku UMKM Dyah Sudaryani mengaku senang dengan pembinaan tersebut karena hasil produksi kerupuk rumput laut yang dibuat bisa dikenal luas.
"Penting bagi kami untuk mendapatkan pelatihan, karena kami menjadi paham bagaimana menghasilkan produk sesuai dengan pasar yang ada saat ini," katanya.
Ia mengakui, untuk menembus pasar luar negeri memang sulit, apalagi tanpa dibekali dengan keterampilan yang memadai mengingat sebagian besar pelaku UMKM tersebut adalah ibu-ibu.
"Kami ingin memanfaatkan sebaik-baiknya, termasuk menjajakan produk kami ke pasar digital supaya bisa di ekspor ke luar negeri," katanya.