Surabaya (ANTARA) - RSUD dr. Soewandhie Kota Surabaya, Jawa Timur terus berupaya meningkatkan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat, salah satunya mengubah skema antrean pasien dengan memakai fingerprint atau teknologi keamanan berbasis sidik jari.
Direktur Utama RSUD dr. Soewandhie, dr Billy Daniel Messakh dalam keterangannya di Surabaya, Selasa, mengatakan pengaturan ulang antrean pasien ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penumpukan yang mendaftar menggunakan BPJS Kesehatan.
"Jadi, ada perubahan pendaftaran pasien BPJS Kesehatan yang menggunakan fingerprint yang berfungsi untuk mendeteksi identitas diri pasien," kata Billy.
Billy menjelaskan perubahan skema antrean ini adalah bagian dari evaluasi RSUD Soewandhie untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, terutama bagi pasien yang mendaftar menggunakan layanan BPJS Kesehatan.
Setelah dilakukan survei, katanya, ada temuan di lapangan. Beberapa pasien yang datang tidak sesuai dengan nomor urut antrean, sehingga menyebabkan penumpukan di RSUD Soewandhie.
"Kami sudah pelajari hari ini, ternyata banyak pasien yang nomornya (antrean) besar datangnya di pagi hari, harusnya kan datang itu sesuai dengan nomor antrean, sesuai yang tertera di kartu pendaftarannya," ujar Billy.
Baca juga: RSUD Soewandhie Surabaya tingkatkan layanan penanganan kanker
Billy mengatakan mulai Selasa ini, jika masih ada pasien yang datang tidak sesuai dengan jadwal antrean, tidak akan diperbolehkan untuk masuk dan tidak dilayani terlebih dahulu. Mulai sore ini, RSUD Soewandhie menyiapkan ruang tunggu khusus bagi pasien BPJS Kesehatan.
"Tempatnya di luar, hari ini kami siapkan. Nah, setelah dia (pasien) mendaftar lewat satu pintu, boleh masuk. Mengapa perlu sidik jari? Karena untuk memudahkan pendataan antara rumah sakit dengan BPJS Kesehatan," ucapnya.
Bagi pasien BPJS Kesehatan yang belum pernah mendaftar di RSUD Soewandhie, katanya, akan diminta mendaftar terlebih dahulu di tempat pendaftaran pasien BPJS. "Kami akan atur sedemikian rupa dan akan kita bantu daftarkan," katanya.
Ia mengatakan pendaftaran antrean BPJS Kesehatan menggunakan fingerprint tidak hanya mempermudah pendaftaran pasien saja, namun juga untuk mengantisipasi adanya penyalahgunaan kartu BPJS Kesehatan.
Dari hasil temuan di lapangan, katanya, BPJS Kesehatan menemukan ada beberapa pasien yang menggunakan kartu BPJS pasien lain untuk berobat.
"Hasil evaluasinya BPJS ada sekian persen, saya tidak tahu pastinya berapa. Ada yang menggunakan kartu BPJS yang bukan miliknya untuk berobat. Nah, dengan fingerprint ini akan teratasi," ucapnya.
Apabila ada pasien yang berobat menggunakan kartu BPJS orang lain untuk berobat, pasien tersebut tidak akan bisa dilayani. "Karena ini (pendaftaran fingerprint) regulasi dari BPJS untuk kita. Selain itu, untuk mengidentifikasi pasien BPJS atau tidak," katanya.
Dia menambahkan RSUD dr. Soewandhie juga memiliki sistem seperti BPJS Kesehatan. Apabila ada pasien rujukan dari Puskesmas, data diri pasien tersebut secara otomatis terdaftar, terintegrasi melalui sistem data pasien di RSUD dr. Soewandhie.
"Puskesmas akan membuatkan surat rujukan elektronik, sehingga dia (pasien) sudah tidak bawa kertas, itu sudah ada di layar monitor yang tertera nama-nama pasien. Nah, ketika pasien datang di hari itu, dengan fingerprint ini maka bisa segera dilayani," ucapnya.