Surabaya (ANTARA) - Di era digital, perang yang terjadi di negara lain bisa saja dalam waktu bersamaan juga terjadi di Indonesia dalam bentuk "perang digital" yang dibalut dengan "ukhuwah", namun "perang digital" juga ada jebakan hoaks atau provokasi yang jauh dari solidaritas.
Bahkan, berita hoaks perang Hamas-Israel di Medsos itu jauh lebih cepat dan canggih dibandingkan dengan cepatnya rudal-rudal Qassam milik Hamas, atau kecanggihan senjata tanpa penangkal Iron Dome Israel.
"Perang digital" itu cepat, tapi daya rusaknya juga canggih, karena "perang digital" Israel-Palestina yang hoaks itu banyak, bahkan jutaan "perang maya" yang menyebar pada hampir semua akun medsos, baik dari sisi Israel maupun Palestina.
Misalnya, video terjun payung Hamas Palestina yang menginvasi Israel, yang diunggah salah satu akun Facebook pada 8 Oktober 2023. Video terjun payung Hamas Palestina menginvasi Israel itu menampilkan gedung yang di atasnya terdapat sejumlah penerjun payung, yang sebagian penerjun mendarat di atap gedung tersebut.
Ada juga narasi video yang berbunyi: "Real PUBG-H4M4S Palestina ketika menginvansi memasuki wilayah israhell dgn cara terjun payung, kemenangan bersamamu Palestin #FreePalestina."
Kalau dilakukan penelusuran fakta, klaim video itu mengarah pada sejumlah situs, salah satunya artikel berjudul "Video From Egypt Falsely Shared as Hamas Militants 'Parachuting' Into Israel".
Artikel yang dimuat situs thequint.com (pemeriksa fakta asal India yang terverifikasi) pada 8 Oktober 2023 menyebutkan, gedung yang ada di dalam video tersebut adalah akademi pelatihan militer Mesir. (https://www.thequint.com/news/webqoof/egypt-video-viral-as-hamas-militants-parachuting-in-israel-fact-check).
Ada pula video yang diklaim bahwa Hamas menghancurkan tank Israel, padahal tank yang meledak dahsyat adalah T-90M Rusia, bukan Merkava Israel.
Contoh lain, ada video yang mendaku bahwa kota Israel, Tel Aviv, telah menjadi lautan api. Postingan itu diunggah di Facebook pada 11 Oktober 2023. Videonya menampakkan pemandangan gedung-gedung dengan asap merah, yang disertai narasi "Israel live OMG".
Penelusuran video itu menemukan artikel dari AFP Fact Check berjudul "Posts misrepresent Algeria fireworks footage as Israeli strikes on Gaza" yang tayang pada 13 Oktober 2023.
Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa video itu bukan terjadi di Tel Aviv, namun terjadi di kota Algiers, Aljazair setelah CR Belouizdad memenangkan kejuaraan sepakbola, lalu penduduk kota Algiers menyalakan kembang api/flares untuk merayakan kemenangan klubnya.(https://factcheck.afp.com/doc.afp.com.33XM7CC).
Video yang agak "mengaduk" emosi bangsa Indonesia adalah sebuah video tentara Israel menghancurkan Masjid al Aqsa, yang diunggah oleh akun @alkingtimeoff di TikTok dengan menampilkan video reruntuhan masjid yang diduga merupakan masjid Al Aqsa.
Setelah ditelusuri, ternyata gambar masjid yang ada dalam Video adalah masjid Al-Amin Muhammad di Khan Younis di Jalur Gaza selatan yang hancur dirudal jet tempur Israel. Morocco World News (8/10/2023) menyebut pesawat jet tempur Israel menghancurkan Masjid Al-Amin Muhammad, jadi bukan Masjid al-Aqsa.
Lain lagi, unggahan video di Instagram yang diklaim sebagai peristiwa "Pengeboman rumah sakit Al Sadaqa di Jalur Gaza oleh pasukan militer Israel". Akun "hiu.petarung08" mengunggah video itu dengan narasi : "Serangan udara Israel yang dibantu AS menghantam rumah sakit Al-Sadaqa di Gaza".
The Journal menemukan rekaman video itu merupakan serangan terhadap rumah sakit oleh pasukan pemerintah pro-Assad di Kota Aleppo, Suriah, pada tahun 2016 (Aleppo Media Centre, kelompok pro-oposisi). Analisis (2017) oleh Forensic Architecture (kelompok peneliti berbasis di London), mengonfirmasi video tersebut diambil di RS Omar Bin Abdul Aziz di Aleppo, Suriah.
Reuters juga menemukan klaim dengan video yang sama beredar di akun X dengan narasi "ISRAEL was CAUGHT on camera BOMBING the Al-Sadaqa HOSPITAL". Reuters melaporkan RS Al-Sadaqa (RS Persahabatan Turki-Palestina) memang terdampak serangan udara Israel hingga rusak parah (30/10/2023), namun video yang beredar bukanlah dokumentasi pengeboman di RS Al-Sadaqa Palestina, tapi di Kota Aleppo, Suriah.
Postingan palsu lain juga dilakukan Jim Ferguson, seorang influencer media sosial asal Inggris. Dia mengklaim tentara Hamas menggunakan senjata Amerika yang ditinggalkan di Afghanistan untuk menyerang Israel, padahal foto tersebut menunjukkan tentara Taliban tahun 2021, bukan Hamas, namun postingan itu telah ditonton lebih dari 10 juta kali (Catatan Komunitas).
Contoh lain lagi, berita pendek dengan foto dan logo bercitra Gedung Putih, yang menyatakan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memberikan bantuan militer bernilai 8 miliar dollar AS untuk Israel.
Faktanya, Biden memang menawarkan "segala dukungan yang diperlukan" bagi Israel, termasuk mengirim kapal induk USS Gerald R. Ford dan beberapa kapal perusak ke Timur Tengah, tapi tidak memberikan bantuan militer sebesar itu.
Selain narasi yang tidak berdasar fakta, ternyata foto yang digunakan dalam berita adalah foto ketika Biden menyetujui bantuan bernilai 400 juta dollar AS bagi Ukraina pada Juli 2023.
Kepentingan Indonesia (3-d)
Begitulah hoaks di seputar konflik Israel-Palestina. Bagi Indonesia sendiri, Palestina adalah negara istimewa yang memiliki hubungan historis sangat kuat dan karenanya jalinan ukhuwah/solidaritas pun berlangsung kuat hingga kini.
Hubungan historis itu terjalin karena mufti besar Palestina Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dan seorang saudagar kaya Palestina, Muhammad Ali Taher menyiarkan dukungan rakyat Palestina untuk kemerdekaan Indonesia melalui siaran radio dan media berbahasa Arab pada 6 September 1944.
Bahkan, pengakuan kedaulatan dari Palestina (sebelum Indonesia merdeka) itu "mendahului" Mesir sebagai negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada 22 Maret 1946 (setelah proklamasi kemerdekaan RI). Informasinya, pengakuan Mesir itu juga disebut-sebut tak lepas dari peran para tokoh Palestina.
Jadi, kepentingan Indonesia adalah kepentingan diplomasi antara Indonesia-Palestina yang memiliki ikatan yang kuat secara historis dan karenanya Indonesia akan selalu dan akan terus memberikan dukungan dalam bentuk apapun kepada rakyat Palestina yang sedang berjuang untuk berdaulat.
Dukungan Indonesia itu sudah lama berlangsung dalam bentuk "3-d" yakni doa (qunut nazilah), donasi (bantuan kemanusiaan), dan diplomasi (perjuangan global di forum internasional). Namun, saat ini ada bentuk "d" ke-4 yakni digitalisasi.
Padahal, dukungan "3-d" (doa, donasi, diplomasi) itu jauh lebih efektif, karena support "d" (digital) justru mempertajam konflik yang sangat jauh dari solusi, apalagi solidaritas, akibat sifat provokasi yang tanpa kendali.
Apalagi, berita hoaks yang beredar terkait perang Hamas dan Israel itu sangat berbahaya, karena menyentuh hal sensitif, yakni politik identitas dan agama. Pakar media sosial dari Universitas Indonesia Dr. Firman Kurniawan, menilai hal sensitif itu sangat menyentuh emosi bangsa Indonesia, karena Palestina itu berbeda dengan Ukraina.
Namun, tanpa disadari, hal-hal sensitif adalah "tunggangan" paling empuk untuk memproduksi hoaks atau rekayasa foto, video, maupun narasi (Buku "Kesalehan Digital" 2023). Kalau perang itu mengorbankan nyawa, maka perang digital itu mengorbankan kebenaran, sehingga perang takkan bisa berhenti dan korban nyawa pun menjadi tak terhitung.
Perang digital yang mengorbankan kebenaran itu akan berlanjut terus, karena hoaks lewat medsos itu memiliki tiga bahaya yang "absurd" (peneliti Pusat Filsafat dan Sejarah Ilmu Pengetahuan Universitas Boston, Lee McIntyre), yakni menyulitkan dalam membedakan mana antara fakta dan mana fiksi, mencampur kebohongan dengan kebenaran (mengikis pengetahuan, karena hal salah bisa dianggap benar), dan mengikis kepercayaan kepada orang lain (sinis pada orang)
Karena itu, kemajuan teknologi digital itu perlu dikalkulasi dampak fatalnya, agar dunia digital bukan seperti "memindahkan" pertengkaran orang lain ke rumah sendiri. Niatnya memberi dukungan kepada negara lain, tapi faktanya justru mengimpor "perang" alias berkelahi di dalam.
Bukti "impor" pertengkaran adalah dua topik "perang digital" yang ramai di Indonesia, yakni boikot produk Israel dan kontroversi peran Hamas di Palestina, meski topik boikot sebenarnya sudah terjadi sejak 2005, namun "perang digital" belum sesemarak saat ini.
Pertengkaran "boikot" itu merujuk Fatwa MUI Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina (10/11/2023) yang mengharamkan dukungan pada Israel, karena bangsa Indonesia sejak dulu mendukung kemerdekaan Palestina, namun kalimat "haram" itu dikaitkan dengan produk-produk Israel yang bahkan ada daftar produknya. Itu hoaks, karena MUI tidak mengaitkan dengan produk. Bukankah pengangguran akibat boikot produk itu lebih "haram"?
Terkait kontroversi Hamas. Siapapun tahu, PBB telah mengeluarkan resolusi untuk gencatan senjata, namun Israel dan sekutunya sulit untuk dipaksa menaati resolusi tersebut, karena Israel merasa perlawanan terhadap Hamas adalah melawan "hewan", sehingga pemerintah Indonesia pun meminta negara-negara besar (AS dan China) untuk memaksa Israel mau gencatan senjata agar korban tidak terus berjatuhan.
Apalagi, Otoritas Palestina mencatat mayoritas korban jiwa dari serangan militer Israel (15/11/2023) adalah 11.320 rakyat Palestina yang tewas, karena bom disasarkan ke wilayah Gaza dengan membidik kamp pengungsian, rumah ibadah, hingga rumah sakit. Ada lebih dari 29.200 orang luka-luka.
Meski alasan Israel adalah membidik Hamas yang sembunyi di rumah sakit dan sekitarnya itu, AFP mencatat mayoritas dari jumlah korban jiwa adalah anak-anak dan perempuan yakni 4.609 anak-anak dan 3.100 perempuan. WHO mencatat setiap 10 menit, rata-rata ada satu anak tewas di Jalur Gaza.
Pada Rabu (15/11/2023), tentara Israel melakukan serangan terhadap rumah sakit terbesar di Jalur Gaza, Al-Shifa, dengan 700 pasien dan ribuan pengungsi di dalamnya. Israel mengakui tindakan tersebut. Alasannya sama, Israel mengklaim bahwa anggota kelompok Hamas Palestina menggunakan rumah sakit tersebut sebagai basis.
Namun, klaim Israel itu dibantah oleh Hamas maupun pejabat rumah sakit. Status RS Al-Shifa sebagai fasilitas umum, namun fasilitas umum itu dibombardir dengan serangan di dalam dan di sekitarnya, sementara kelangkaan bahan bakar dan pasokan medis karena blokade Israel telah menyulitkan perawatan medis di fasilitas tersebut.
Bahkan, tidak hanya rumah sakit, namun ribuan bangunan, termasuk masjid dan gereja juga rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat tanpa henti yang dilakukan Israel di daerah kantong yang terkepung itu sejak bulan lalu.
Sementara itu, jumlah korban tewas di pihak Israel mencapai sekitar 1.400 orang akibat serangan mendadak lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober 2023. Selain korban tewas, pihak Israel menyebutkan 200-300 orang lainnya dibawa Hamas ke Gaza sebagai sandera.
Oleh karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan cara terbaik memastikan keamanan pasien dan juga warga sipil yang mengungsi di RS Al-Shifa bukan dengan evakuasi yang berisiko, melainkan "menghentikan pertempuran sekarang."
"Permusuhan harus berhenti demi menyelamatkan nyawa, bukan menghilangkan nyawa. RS tidak hanya menaungi 700 pasien tapi juga 400 staf kesehatan dan sekitar 3.000 pengungsi," kata juru bicara WHO Margaret Harris kepada Kantor Berita Anadolu pada konferensi PBB di Jenewa (14/11/2023).
Artinya, kekerasan ditandingi kekerasan (Israel versus Hamas) bukanlah solusi, karena itu kedua pihak harus mau bertemu di meja perundingan (diplomasi) dengan solusi yang menghindari kekerasan semaksimal mungkin. Ribuan rakyat Palestina yang tewas dan tidak tahu apa-apa bukanlah jumlah yang sedikit.