Washington (ANTARA) - Presiden Recep Tayyip Erdogan menegaskan Turki tidak bisa menerima kebijakan Israel mengurangi jumlah penduduk Palestina di Jalur Gaza dan menyebut kembali Israel sebagai negara teror.
"Kami tidak bisa dan tidak akan menoleransi kebijakan Negara Israel, yang terus-menerus menduduki, merampas tanah, dan membantai kaum tertindas, agar Gaza tidak berpenghuni,” kata Erdogan dalam Forum Bisnis Aljazair-Turki pada Selasa waktu setempat.
Erdogan mengadakan lawatan satu hari ke ibu kota Aljazair di Algiers guna bertemu dengan Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune dan menghaduru pertemuan kedua kerja sama tingkat tinggi Turki-Aljazair di mana kedua presiden membahas serangan Israel di Gaza.
Menurut Erdogan, serangan yang merenggut lebih dari 13.000 nyawa warga Palestina telah mengungkapkan wajah asli dan tujuan sebenarnya Israel dan para pendukungnya.
"Dalam hal ini, kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan para penguasa Israel tidak boleh dibiarkan tanpa hukuman," kata Erdogan.
Baca juga: Turki akan seret pemerintah Israel ke Mahkamah Internasional
Semua negara yang bertindak hati-hati, termasuk dunia Islam, kata Erdogan, memiliki tanggung jawab untuk memastikan Israel tak lagi melakukan kekejaman serupa.
"Kita perlu menyadari hal ini untuk selamanya. Israel adalah negara teroris. Tidak perlu ragu untuk mengatakan ini. Ini kebenaran yang kita tahu. Ini lah masalahnya," tutur dia.
Erdogan menegaskan Israel dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu harus dibawa ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC) di Den Haag, Belanda.
"Netanyahu sudah lenyap. Bahkan rakyat Israel tidak lagi mendukung Netanyahu," kata dia.
Dia juga mengatakan Turki tak akan melupakan senjata nuklir dan bom atom yang keberadaannya disangkal oleh para menteri Israel.
Turki meyakini Israel memiliki bom atom.
"Kami akan mengambil inisiatif baik di dalam Dewan Keamanan PBB maupun Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengenai masalah ini, yang mengancam keamanan seluruh kawasan, termasuk Turki," kata Erdogan.
Israel melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza setelah Hamas menyerangnya pada 7 Oktober 2023.
Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, mesjid dan gereja di Gaza rusak atau hancur akibat serangan Israel.
Blokade Israel juga telah memutus pasokan bahan bakar, listrik, dan air ke Gaza, serta mengurangi pasokan bantuan ke sana.
Sumber: Anadolu