Sekretaris Perusahaan Perum LKBN ANTARA Azhari dalam sambutannya secara luar jaringan (luring) di Surabaya, Selasa, mengatakan kegiatan tersebut merupakan program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) perusahaan untuk meningkatkan wawasan para wartawan di Indonesia.
"Ada dua pemateri dalam pelatihan tingkat nasional ini, satu dari ANTARA sendiri yakni Edy M Ya'kub dan Mahmud Suhermono dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur," ucapnya.
Azhari menjelaskan, untuk kegiatan luring dilaksanakan di Surabaya, tepatnya di Kantor LKBN ANTARA Biro Jatim, dan tujuan dari kegiatan pelatihan yang diikuti oleh 72 wartawan, yakni 21 orang peserta luring dan 51 orang peserta daring yang berasal dari 15 provinsi, di antaranya Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Banten, Kalimantan Tengah, dan Bali.
Selain meningkatkan kompetensi, juga mengingatkan kembali kepada para rekan jurnalis untuk menjaga kode etik jurnalistik. "Serta menguatkan tekad untuk tetap memegang teguh prinsip dasar dalam menjalankan tugas sebagai seorang jurnalis," katanya.
Baca juga: Dewan Pers nilai perkembangan digital justru buka banyak peluang
Oleh karena itu, pihaknya berharap dengan hasil dari pelatihan tersebut dapat meningkatkan kualitas pemberitaan yang berimbang.
"Semoga hasil dari pelatihan ini dapat mengingatkan teman-teman wartawan dalam mengamalkan kode etik jurnalistik untuk meningkatkan kualitas pemberitaan yang berimbang untuk disampaikan kepada masyarakat," ujarnya.
Kepala Biro ANTARA Jatim Rachmat Hidayat mengharapkan pelatihan jurnalistik kali ini minimal dapat mengingatkan kembali bagaimana menjaga marwah kode etik jurnalistik dalam melaksanakan tugas di lapangan, khususnya menjelang pesta besar masyarakat Indonesia dalam kegiatan Pemilu 2024.
“Semoga apa yang kita diskusikan bagaimana insan jurnalistik dalam melaksanakan tugas dan memberantas Hoaks bisa diimplementasikan secara nyata”, kata Rachmat.
Sementara itu, salah seorang narasumber dari Perum LKBN ANTARA Edy M Yakub dalam paparannya menjelaskan bahwa pada tahun politik informasi bohong atau hoaks akan selalu bertebaran di dunia digital dan sebagai wartawan harus menjadi benteng.
"Masyarakat sangat mudah terkecoh hanya dengan gambar, terlebih gambar potongan, apalagi ditambahi dengan narasi yang dipelesetkan tidak sesuai fakta dan ini akan sering terjadi di tahun politik," ucap jurnalis yang juga seorang penulis buku "Kesalehan Digital" tersebut.
Selain itu, lanjutnya, saat ini ada "perang" informasi antara media massa melawan media sosial.
"Perbedaannya media massa melalui wartawannya akan melakukan verifikasi informasi, sementara media sosial terkadang informasinya belum terverifikasi," katanya.
Baca juga: "Pemilu Digital" dan pemilih non-digital
Menurut wartawan senior ANTARA tersebut, media sosial itu berjalan sangat cepat dan seluruh informasi ditangkap semua namun terkadang etika diabaikan.
"Semua itu dilakukan karena mencari pengunjung yang banyak atau istilahnya click bait," tuturnya.
Oleh karena itu, kata dia, media massa jangan sampai meniru media sosial dan hindari copy paste (copas) dari media sosial tanpa adanya verifikasi.
"Karena pers itu sebagai salah satu pilar ke-4 demokrasi dan seharusnya media massa menjadi penjaga yang berlandaskan kebenaran dan etika," ujarnya.
"Dan juga wartawan harus mengantisipasi isu SARA, Komunis dan kampanye hitam di dunia politik," tambahnya.
Sementara itu, salah seorang narasumber dari Perum LKBN ANTARA Edy M Yakub dalam paparannya menjelaskan bahwa pada tahun politik informasi bohong atau hoaks akan selalu bertebaran di dunia digital dan sebagai wartawan harus menjadi benteng.
"Masyarakat sangat mudah terkecoh hanya dengan gambar, terlebih gambar potongan, apalagi ditambahi dengan narasi yang dipelesetkan tidak sesuai fakta dan ini akan sering terjadi di tahun politik," ucap jurnalis yang juga seorang penulis buku "Kesalehan Digital" tersebut.
Selain itu, lanjutnya, saat ini ada "perang" informasi antara media massa melawan media sosial.
"Perbedaannya media massa melalui wartawannya akan melakukan verifikasi informasi, sementara media sosial terkadang informasinya belum terverifikasi," katanya.
Baca juga: "Pemilu Digital" dan pemilih non-digital
Menurut wartawan senior ANTARA tersebut, media sosial itu berjalan sangat cepat dan seluruh informasi ditangkap semua namun terkadang etika diabaikan.
"Semua itu dilakukan karena mencari pengunjung yang banyak atau istilahnya click bait," tuturnya.
Oleh karena itu, kata dia, media massa jangan sampai meniru media sosial dan hindari copy paste (copas) dari media sosial tanpa adanya verifikasi.
"Karena pers itu sebagai salah satu pilar ke-4 demokrasi dan seharusnya media massa menjadi penjaga yang berlandaskan kebenaran dan etika," ujarnya.
"Dan juga wartawan harus mengantisipasi isu SARA, Komunis dan kampanye hitam di dunia politik," tambahnya.