Solo (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan Regional 4 (OJK KR 04) mencatat rasio kecukupan modal di Jawa Timur terjaga di atas batas ambang, sebagai upaya menjaga stabilitas sektor jasa keuangan.
Kepala OJK Regional 4 Jawa Timur Giri Tribroto saat kegiatan Media Update and Sharing Knowledge, di Solo, Selasa, mengatakan hingga Agustus 2023, rasio kecukupan modal Bank Umum sebesar sebesar 27,34 persen, Bank Perekonomian Rakyat (BPR) sebesar 41,53 persen, dan BPR Syariah (BPRS) sebesar 22,67 persen.
"Likuiditas juga masih mencukupi untuk antisipasi kebutuhan masyarakat, hal itu tercermin dari rasio Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 28,57 persen dan Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) sebesar 146,41 persen," ucapnya.
Selain itu, untuk Cash Ratio (CR) BPR sebesar 22,41 persen maupun CR BPRS sebesar 39,21 persen. Semua rasio tersebut masih jauh di atas threshold atau ambang batas.
Tak hanya itu, lanjutnya, risiko kredit juga termitigasi dengan baik dengan pencadangan yang cukup sehingga rasio Non-Performing Loan (NPL) Gross dan Net Perbankan pada Agustus 2023.
"Masing-masing berada di level 3,72% persen dan 1,42 persen," katanya.
Di sisi lain, kata dia, Non-Performing Financing (NPF) Gross dan Net Perusahaan Pembiayaan per Juli 2023 masing-masing berada di level 3,37 persen dan 1,02 persen.
Selanjutnya, Giri menjelaskan selama 2023, kondisi Perbankan di Jawa Timur masih menunjukkan kinerja yang solid.
"Hal itu tercermin dari total aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit tetap mencatatkan pertumbuhan. Kondisi tersebut didukung risiko kredit yang menurun dan terjaga rendah serta diimbangi dengan tingkat profitabilitas yang tinggi," ujarnya.
Menurut Giri, kecukupan likuiditas juga masih memadai dan diyakini mampu mendukung ekspansi kredit serta didukung tingkat permodalan yang masih terjaga tinggi.
"Jadi, total aset perbankan pada Agustus 2023 tumbuh sebesar 5,76%l persen secara tahunan (yoy), itu didorong oleh pertumbuhan industri BPR dan BPR Syariah yang tumbuh sebesar 18,11 persen secara tahunan," tuturnya.
Sementara, menurut dia, Bank Umum yang termasuk dalam Kelompok Bank Modal Inti (KBMI) 4 merupakan kontributor Aset terbesar dengan porsi mencapai 52,93 persen.
Giri menambahkan, untuk DPK Perbankan juga mengalami pertumbuhan sebesar 4,28 persen pada Agustus 2023 dengan komponen terbesar yakni Tabungan, kemudian Deposito dan Giro.
"Sehingga rasio Current Account Saving Account (CASA) pada bulan Agustus 2023 mencapai 62,27 persen. Rasio CASA yang relatif tinggi menandakan bahwa biaya dana yang digunakan untuk penyaluran kredit tergolong relatif murah sehingga dapat mendukung rentabilitas Perbankan," ujar Giri.
Kemudian, untuk Kredit Perbankan di Jawa Timur hingga Agustus 2023 mencapai Rp554,3 triliun atau tumbuh 6,35 persen secara yoy.
"Secara umum, mayoritas kredit perbankan Jawa Timur disalurkan kepada usaha-usaha produktif yang ditopang oleh Kredit Modal Kerja (KMK) dengan kontribusi sebesar 53,82 persen dari total Kredit Perbankan. Dari segi golongan debitur, 39,21 persen kredit disalurkan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)," kata Giri.
Menurut Giri, Kredit Perbankan juga turut mendukung perekonomian di Jawa Timur, dimana Kredit Rumah Tangga menopang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sisi Pengeluaran (Konsumsi).
Sedangkan dari sisi PDRB Lapangan Usaha, lanjutnya, tiga besar sektor ekonomi Kredit disalurkan pada Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Industri Pengolahan, serta Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan.
"Sektor penyaluran kredit Perbankan ini sejalan dengan struktur perekonomian Jawa Timur," ucapnya.