Surabaya (ANTARA) - Di era digital yang terus berubah, pertumbuhan teknologi dan internet telah memicu transformasi mendalam dalam cara kita berbelanja.
Dalam perubahan lanskap belanja yang semakin kompleks ini, fenomena seperti "TikTok Shop" telah menjadi salah satu contoh terkini tentang bagaimana toko daring (online) berusaha mengintegrasikan diri dalam dunia ritel yang semakin berkembang.
Seperti yang dinyatakan dalam situs resminya, TikTok menghentikan fasilitas transaksi e-commerce di dalam platform TikTok Shop Indonesia mulai tanggal 4 Oktober, setelah pelarangan perdagangan online aplikasi media sosial terbesar ini diumumkan oleh Pemerintah Indonesia.
Ini adalah peristiwa yang mencerminkan bagaimana regulasi pemerintah dapat mengubah dinamika belanja online dalam waktu singkat.
Keberhasilan TikTok Shop sebelumnya mencerminkan bagaimana platform media sosial dapat menjadi kekuatan besar dalam dunia e-commerce.
Dengan ribuan merek dan produk yang tersedia, TikTok Shop telah menjadi wadah yang menarik bagi pelanggan untuk menjelajahi dan membeli produk dari berbagai kategori.
Ini juga menunjukkan bahwa masa depan belanja dapat mengintegrasikan dunia media sosial dengan e-commerce, menciptakan pengalaman berbelanja yang lebih interaktif dan terlibat.
Tetapi, bagaimana peran TikTok Shop dan perubahan regulasi pemerintah ini dalam konteks lebih luas dari lanskap belanja yang berkembang?
Ini adalah pertanyaan yang perlu dipertimbangkan ketika kita menjelajahi lebih dalam tentang masa depan koeksistensi antara toko fisik dan toko online.
Pentingnya kemudahan belanja
Salah satu keunggulan utama dari belanja online adalah kemudahan dan kenyamanannya. Pelanggan dapat menjelajah dan berbelanja dari rumah mereka tanpa harus beranjak dari tempat duduk mereka.
Ini sangat berharga dalam masyarakat yang semakin sibuk, di mana waktu merupakan komoditas yang mahal. Belanja online memungkinkan pelanggan untuk melihat produk, membaca ulasan, dan membandingkan harga dengan mudah, semua dengan beberapa klik mouse atau sentuhan layar.
Kemampuan e-commerce dalam menawarkan pilihan dan variasi yang sangat banyak
Toko online telah mengubah cara kita memahami pilihan dan variasi dalam belanja. Mereka dapat menyediakan akses ke berbagai produk dari seluruh dunia, bahkan melebihi penawaran yang biasanya tersedia di toko fisik lokal. Inventaris yang luas ini memungkinkan pelanggan untuk menemukan produk tertentu atau mengeksplorasi produk baru yang mungkin tidak mereka temui dalam pengalaman berbelanja tradisional.
Berikutnya, transparansi harga di dunia e-commerce memberikan pelanggan kekuatan untuk membandingkan harga dari berbagai penjual secara langsung. Ini membantu mereka membuat keputusan berdasarkan informasi yang lebih baik dan mencari penawaran terbaik. Kemampuan untuk membandingkan harga dengan cepat merupakan salah satu keuntungan besar dari berbelanja online, dan seringkali berdampak positif pada kantong pelanggan.
Kemudian, pengalaman personalisasi dalam berbelanja online, yang mana e-commerce juga menawarkan pengalaman berbelanja lebih dipersonalisasi Dengan memanfaatkan data pelanggan dan algoritma, penjual online dapat memberikan rekomendasi produk yang sesuai dengan preferensi individu.
Ini menghasilkan pengalaman yang lebih memuaskan bagi pelanggan, memungkinkan untuk menemukan produk sesuai dengan minat dan kebutuhan tanpa harus menghabiskan banyak waktu mencari sendiri.
Toko fisik dan keuntungan kepuasan segera
Meskipun belanja online memiliki banyak keunggulan, toko fisik tetap relevan dan memiliki kelebihan yang unik. Salah satunya adalah kepuasan segera. Di toko fisik, pelanggan dapat melihat, merasakan, dan mencoba produk sebelum membelinya. Pengalaman ini menghilangkan kebutuhan untuk menunggu pengiriman produk dan memuaskan keinginan manusia akan kepuasan instans.
Aspek sosial dalam berbelanja di tempat. Toko fisik juga menawarkan pengalaman sosial yang berbeda. Ini adalah tempat di mana orang dapat berinteraksi dengan teman, keluarga, atau bahkan berbicara langsung dengan penjual yang berpengetahuan. Berbelanja secara langsung bisa menjadi aktivitas yang lebih dari sekadar transaksi; ini bisa menjadi cara untuk bersosialisasi, bersenang-senang, dan membangun hubungan sosial, termasuk mungkin juga menikmati makanan atau hiburan di area perbelanjaan.
Pengembalian dan transaksi yang mudah di toko fisik. Pengembalian atau pertukaran produk di toko fisik seringkali lebih mudah daripada di toko online. Prosesnya lebih sederhana, dan pelanggan dapat langsung mengurus pengembalian atau pertukaran barang mereka tanpa menunggu proses pengiriman. Ini terutama berlaku untuk produk yang besar, berat, atau rapuh, yang dapat menjadi masalah dalam pengiriman online.
Nilai pelayanan pelanggan dalam toko fisik. Dalam hal layanan pelanggan, toko fisik seringkali lebih unggul. Pelanggan dapat berbicara langsung dengan penjual yang dapat memberikan bantuan, saran, dan informasi terperinci tentang berbagai produk. Ini sangat berharga, terutama ketika mereka melakukan pembelian yang kompleks atau berharga.
Keamanan dan kepercayaan dalam toko fisik
Kemampuan untuk memeriksa fisik produk sebelum membelinya memberikan rasa percaya diri yang sulit ditiru secara online. Ini sangat penting untuk barang-barang yang mahal atau sensitif, seperti perhiasan atau perangkat elektronik. Bagi beberapa konsumen, kemampuan untuk melihat, merasakan, dan memeriksa produk secara langsung adalah faktor yang sangat penting dalam pengambilan keputusan pembelian.
Perubahan lanskap belanja konvensional menjadi belanja online merupakan revolusi besar dalam dunia ritel. Hal tersebut telah mengubah cara perusahaan berinteraksi dengan pelanggan. Keterjangkauan, kenyamanan, dan variasi produk yang luas telah membuat belanja online menjadi pilihan alternatif bagi banyak orang.
Meskipun toko fisik tetap relevan, belanja online terus berkembang dengan cepat, mendorong perubahan signifikan dalam cara kita berbelanja dan berinteraksi dengan merek dan produk. Pelarangan TikTok Shop adalah momentum untuk beradaptasi segera, karena ke depan disrupsi digital ini tidak terhentikan.
*) Penulis adalah Direktur Utama PT SIER sekaligus Wakil Ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI) Indonesia