Sumenep (ANTARA) - Warga Desa Pabian, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, melaksanakan upacara bendera dalam rangka HUT ke-78 RI di Kali atau Sungai Marengan, Kamis.
Mereka pun harus rela berbasah-basahan untuk mengikuti upacara di sungai dengan ketinggian air sekitar seukuran paha orang dewasa.
"Upacara seperti ini sudah berlangsung sejak 2018. Warga meminta kami untuk mentradisikan kegiatan ini setiap tahun," kata Kepala Desa Pabian, Zulfikar Ali Mustakim di Sumenep.
Setiap tahun menjelang Agustus, warga RT 04 RW 02 yang berada di bantaran Kali Marengan itu memang menemui kepala desanya untuk meminta pelaksanaan upacara bendera memperingati Hari Kemerdekaan RI.
Baca juga: Rutan Sumenep usulkan 226 narapidana terima remisi kemerdekaan
Mereka juga berharap kepala desanya untuk menjadi inspektur upacara bendera, sekaligus siap menyiapkan segala sesuatunya untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
"Biasanya dilakukan bersih-bersih di lokasi (sungai) yang akan menjadi tempat upacara. Semacam sterilisasi agar tak ada barang atau benda berbahaya, karena kami tidak pakai alas kaki ketika upacara," kata Zulfikar, menerangkan.
Ia pun tak bisa menolak permintaan sebagian warganya itu sekaligus bentuk penghormatan kepada para pejuang dan pahlawan yang merebut kemerdekaan RI.
Upacara di sungai itu juga untuk mengingatkan seluruh elemen masyarakat agar selalu menjaga kebersihan sungai dan lingkungan sekitar.
"Kalau versi warga kami, dulu merebut kemerdekaan butuh perjuangan dan pengorbanan tak terhingga. Tak hanya benda, akan tetapi juga nyawa. Masak hanya upacara di sungai (berbasah-basahan), tidak bisa?" demikian Zulfikar Ali Mustakim, menambahkan.
Seluruh tahapan kegiatan dalam upacara bendera tersebut, mulai pengibaran bendera merah putih hingga pembacaan teks proklamasi, dilakukan di Kali Marengan.
Warga Sumenep laksanakan upacara HUT ke-78 RI di sungai
Kamis, 17 Agustus 2023 10:53 WIB
Kalau versi warga kami, dulu merebut kemerdekaan butuh perjuangan dan pengorbanan tak terhingga. Tak hanya benda, akan tetapi juga nyawa. Masak hanya upacara di sungai (berbasah-basahan), tidak bisa?