"Bersyukur, ini momen wisuda pertama saya seumur hidup. Jadi, momen wisuda ini akan selalu saya kenang," ujar Nur Arifin.
Ketika menyelesaikan studi sarjana, Nur Arifin bercerita jika ia belum memiliki kesempatan untuk mengikuti wisuda bahkan setelah ia berhasil menamatkan kuliahnya lantaran pada saat momen wisuda berlangsung, terdapat jadwal yang berbenturan yang mengharuskannya terbang ke Amerika Serikat.
"Ketika S1 drop out, melanjutkan di kampus lain, saat momen wisuda saya berhalangan hadir karena sedang mengikuti Program Women’s Global Development and Prosperity di Amerika Serikat," ujarnya.
Menempatkan pilihannya pada Prodi PSDM Sekolah Pascasarjana Unair, Nur Arifin mengaku jika ia memiliki minat pada studi mengenai gender dan pemberdayaan perempuan.
"Karena (PSDM Sekolah Pascasarjana Unair) memiliki peminatan studi pemberdayaan perempuan. Saya berharap ke depan bisa menjadi Prodi tersendiri dan fokus akan keadilan serta kesetaraan juga inklusifitas semakin disadari oleh banyak pihak, termasuk dunia kerja dan pelayanan publik," ujarnya.
Setelah merampungkan studinya, Nur Arifin berkata bahwa ilmu yang ia dapatkan akan jadi salah satu dasar yang dapat diimplementasikan pada kepemimpinannya.
Menurutnya, antara minat, dan wawasan beriringan dengan kepemimpinannya akan memberikan manfaat pada Kabupaten Trenggalek sebagai daerah yang tengah ia pimpin.
"Implementasinya berupa pengarustamaan gender sebagai strategi pertumbuhan ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia," tuturnya.
Nur Arifin mengutarakan harapannya kepada seluruh mahasiswa Unair yang saat ini tengah berjuang untuk bisa menyelesaikan studinya.
Ia memberikan semangat kepada seluruh mahasiswa Unair untuk terus belajar menimbang tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi.