Antisipasi Binatang Buas, Warga Dilarang Keluar Malam
Sabtu, 24 September 2011 16:49 WIB
Trenggalek - Jajaran kepolisian di Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, melarang anak-anak di bawah umur berkeliaran saat malam hari demi mengantisipasi serangan binatang buas yang melanda kawasan itu selama dua bulan terakhir.
"Ini sekadar untuk jaga-jaga agar tidak menjadi sasaran binatang buas. Kami belum tahu jenisnya (binatang buas) apa, tapi sebaiknya segala kemungkinan sebisa mungkin diantisipasi," ujar Kapolsek Watulimo AKP M Khairil, Sabtu.
Ketika dikonfirmasi mengenai dugaan adanya Harimau Jawa yang berkeliaran di wilayahnya dan menerkam puluhan ternak warga, ia tidak membenarkan dugaan Harimau Jawa yang turun gunung selama musim kering dan meneror pemukiman penduduk di pinggir hutan Kecamatan Watulimo.
Namun, secara eksplisit, mantan KBO Reskrim Polres Tulungagung dan Polres Trenggalek ini membenarkan adanya keberadaan binatang buas yang menerkam 50 ekor lebih kambing serta kelinci milik penduduk di Desa Watulimo, Gemaharjo, serta Slawe.
Sejak pertama kali ditemukan adanya ternak warga Desa Watulimo yang tewas karena diterkam binatang buas pada pertengahan bulan Ramadhan (Agustus) lalu, sejauh ini memang belum pernah terjadi insiden serangan langsung kepada manusia.
Sasaran binatang buas yang belakangan diisukan warga setempat sebagai mahkluk jejadian tersebut lebih kerap diarahkan ke peternakan penduduk, yakni kambing dan kelinci.
Meskipun begitu, Khairil mengimbau agar warga setempat tetap bersikap ekstra-waspada. Selain belum mengetahui secara pasti jenis binatang buas dimaksud, tapi potensi risiko terjadinya serangan langsung terhadap manusia tetap harus diantisipasi.
Apalagi, intensitas kehadiran "tamu tak diundang" tersebut cenderung meningkat selama kurun dua bulan terakhir. "Tidak hanya anak-anak, orang dewasa khususnya yang perempuan sebaiknya juga tidak keluar rumah saat malam hari, apalagi sendirian," imbaunya.
Sebagai langkah pencegahan, jajaran kepolisian saat ini gencar menggalang kegiatan pengamanan swakarsa (polisi mengistilahkan Pam Swakarsa) bersama masyarakat.
Melalui kerja sama pengamanan wilayah tersebut, pihaknya berharap ronda malam bisa diintensifkan untuk mencegah terjadinya serangan susulan binatang-binatang buas dari dalam hutan ke pemukiman penduduk.
Selain itu, ia juga menyerukan kepada seluruh warga yang biasa menaruh binatang ternaknya di pinggir-pinggir hutan dan jauh dari pemukiman, agar secepatnya dipindahkan ke lokasi yang berdekatan dengan rumah penduduk.
"Selama ini memang warga terbiasa menaruh ternaknya di ladang-ladang yang ada di pinggir hutan serta jauh dari rumah penduduk dengan maksud agar mudah dalam mencarikan pakan. Tapi sebenarnya justru itu yang memancing kedatangan binatang buas," terangnya.
Sebagaimana hasil investigasi tim kesehatan hewan dari Dinas Peternakan Trenggalek, puluhan hewan ternak di Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, dipastikan mati dengan kondisi tubuh tercabik-cabik oleh terkaman binatang buas.
Rentetan peristiwa yang membuat warga setempat gempar tersebut terjadi sejak pertengahan bulan puasa/Ramadhan lalu (sekitar pertengahan Agustus) dan masih berlangsung hingga sekarang.
Ketidakpastian mengenai penyebab kematian secara misterius puluhan ternak kambing itu memicu rumor berbau mistik mengenai kemunculan 'gerandong' atau binatang buas jadi-jadian yang berkeliaran meminta tumbal.
Namun isu itu kemudian dibantah oleh pemerintah daerah setempat, setelah tim dari dinas peternakan melakukan serangkaian penelitian ke lokasi kejadian dan memastikan bahwa kematian sejumlah ternak kambing maupun kelinci di tiga desa di Kecamatan Watulimo adalah murni karena serangan binatang buas.