"Penyuntikan ini untuk mencegah penularan bakteri antraks ke ternak lain di sekitar lokasi yang diidentifikasi sebagai titik endemi," kata Kasi Pecegahan, Pemberantasan Peyakit dan Pelayanan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek Ririn Haristiani di sela kegiatan penyuntikan di Desa Ngepeh.
Ia mengatakan tindakan tanggap darurat tersebut dilakukan di kawasan ring-1 yang diidentifikasi sebagai zona merah dengan radius satu kilometer dari titik temuan kasus diduga antraks, hingga ring-2 di zona kuning dengan radius hingga tiga kilometer.
"Petugas kami sebar untuk melakukan penyuntikan terhadap ternak warga yang berpotensi terpapar penyakit ini," ujarnya.
Tidak terhitung jumlah ternak yang disuntik cairan antibiotik jenis oxtetra ukuran 03 cc untuk ternak kambing dan 0,6 cc untuk jenis ternak sapi maupun kerbau.
Namun, Ririn memperkirakan, sejak pertama dilakukan gerakan penyuntikan hingga ketiga dilakukan Selasa pagi-siang itu jumlahnya dia yakini mencapai ratusan ekor.
"Tapi tidak semua ternak disuntik. Untuk sapi atau kambing yang bunting tidak disuntik obat antibiotik khusus untuk antraks ini karena berisiko keguguran. Demikian juga dengan ternak yang masih kecil atau belum dewasa," tuturnya.
Program penyuntikan antibiotik oxtetra untuk mengantisipasi penyakit antraks tersebut berlangsung kurang lebih dua jam, dimulai pukul 09.00 WIB hingga 11.00 WIB.
Sejumlah petugas dari bidang kesehatan hewan menggunakan peralatan lengkap dan standar perlindungan medis seperti penutup wajah/mulut-hidung dan sarung tangan plastik kemudian mendatangi setiap rumah penduduk yang memiliki ternak sapi/kerbau maupun kambing.
Operasi penyuntikan itu dipandu langsung oleh perangkat desa serta jajaran babinkamtibmas maupun babinsa setempat.
"Mudah-mudahan penyakit antraks tidak ada di sini, namun seumpama itu benar, setidaknya hal itu bisa diantisipasi," ucap Ririn.
Diberitakan, Tim Kesehatan Hewan di bawah Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek menemukan dugaan wabah antraks yang teridentifikasi di satu desa setempat dan telah menular pada manusia.
Ada dua ekor sapi yang dilaporkan mati mendadak dengan gejala antraks, Kejadiannya sekitar dua pekan lalu dan indikasinya sudah menular pada manusia.
Dugaan antraks muncul setelah petugas kesehatan hewan secara tidak sengaja mendapat laporan keluhan dari korban Thoimin, warga Desa Ngepeh, Kecamatan Tugu karena menderita luka gores yang didapat saat menyembelih ternak sapinya yang diduga terjangkit antraks, namun tak kunjung sembuh dan bengkak menyerupai bisul.
Berdasar hasil pemeriksaan visual tim keswan, luka bengkak mirip bisul akibat luka sayat itu mirip penyakit antraks kulit.
Temuan kasus diduga anthraks tersebut menurut Kabid Kesehatan Hewan Dispertan Trenggalek Budi Satriawan sudah dilaporkan ke Dinas Peternakan Provinsi Jatim, Balai Besar Veteriner di Wates Yogyakarta serta Kementerian Pertanian.
Selain kejadian dalam kurun sebulan dengan korban dua ekor sapi dan satu korban manusia, kata Budi, peristiwa diduga antraks juga pernah terjadi setahun sebelumnya dengan ciri-ciri sama dan juga menular pada manusia.(*)
video oleh: Destyan S