Trenggalek (Antara Jatim) - Thoimin (52), peternak asal Desa Ngepeh, Kabupaten Trenggalek, Jawa
Timur yang menjadi korban sekaligus pemilik ternak sapi diduga
terjangkit antraks mengeluhkan dampak ekonomi yang dideritanya akibat
temuan kasus tersebut.
"Terus-terang saya bingung harus usaha apa karena sementara
dilakukan penyelidikan dan penyemprotan kandang dengan desinfektan
secara kontinyu, saya belum boleh memelihara ternak sapi, kambing
ataupun sejenisnya," katanya kepada petugas kesehatan hewan, Ririn
Haristiani di Trenggalek, Rabu.
Thoimin mengaku sempat berpikir untuk beralih beternak unggas, sejenis ayam, bebek ataupun puyuh.
Namun niat tersebut saat ini masih ia urungkan karena belum tahu
apakah bakteri antraks yang diduga endemis di sekitar kandangnya bisa
menular ke ternak selain sapi.
"Saya pikir lebih baik konsultasi dulu daripada berdampak tidak baik di belakang hari," ujarnya.
Ririn menjawab, bakteri antraks tidak menular ke hewan selain jenis herbivora seperti sapi, kambing, kerbau dan kuda.
"Kalau beternak unggas tidak apa-apa. Karena antraks tidak bisa menular ke ternak selain jenis herbivora," katanya.
Ia mengingatkan kepada Thoimin agar tidak memelihara ternak sapi,
kambing atau sejenisnya dalam jangka waktu lama, hingga ada rekomendasi
dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek.
Menurut Ririn, tindakan preventif atau pencegahan itu dimaksudkan
untuk menghindari terjadinya perulangan kasus sapi sakit/mati yang
diduga disebabkan bakteri antraks.
"Kasus selama kurun Januari terjadi dua kasus sapi sakit lalu
disembelih karena gejalanya mirip antraks itu merupakan perulangan kasus
serupa satu-dua tahun sebelumnya dengan pola yang sama, dan menular
pada manusia. Ciri-ciri sakit dan gejala klinisnya identik kasus
antraks," kata Ririn.
Diberitakan, Tim Kesehatan Hewan di bawah Dinas Pertanian dan
Pangan Kabupaten Trenggalek menemukan dugaan wabah antraks yang
teridentifikasi di satu desa setempat dan telah menular pada manusia.
Ada dua ekor sapi yang dilaporkan mati mendadak dengan gejala
antraks, Kejadiannya sekitar dua pekan lalu dan indikasinya sudah
menular pada manusia.
Dugaan antraks muncul setelah petugas kesehatan hewan secara tidak
sengaja mendapat laporan keluhan dari korban Thoimin, warga Desa Ngepeh,
Kecamatan Tugu karena menderita luka gores yang didapat saat
menyembelih ternak sapinya yang diduga terjangkit antraks, namun tak
kunjung sembuh dan bengkak menyerupai bisul.
Berdasar hasil pemeriksaan visual tim keswan, luka bengkak mirip bisul akibat luka sayat itu mirip penyakit antraks kulit.
Temuan kasus diduga anthraks tersebut menurut Kabid Kesehatan Hewan
Dispertan Trenggalek Budi Satriawan sudah dilaporkan ke Dinas
Peternakan Provinsi Jatim, Balai Besar Veteriner di Wates Yogyakarta
serta Kementerian Pertanian.
Selain kejadian dalam kurun sebulan dengan korban dua ekor sapi dan
satu korban manusia, kata Budi, peristiwa diduga antraks juga pernah
terjadi setahun sebelumnya dengan ciri-ciri sama dan juga menular pada
manusia.(*)
Terduga Korban Antraks Mengeluhkan Usaha Ternak Macet
Rabu, 22 Februari 2017 20:24 WIB
"Kasus selama kurun Januari dimana terjadi dua kasus sapi sakit lalu disembelih karena gejala mirip antraks itu merupakan perulangan kasus serupa satu-dua tahun sebelumnya dengan pola yang sama, dan menular pada manusia. Ciri-ciri sakit dan gejala klinisnya identik kasus antraks," kata Ririn.