Mojokerto (ANTARA) - Petra Christian University (PCU) menggelar "Community Outreach Program" (COP) atau Kuliah Kerja Nyata (KKN) internasional yang melibatkan kolaborasi antara puluhan mahasiswa Indonesia dan asing untuk melaksanakan kerja sosial di sejumlah desa di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) PCU Lintu Tulistyantoro mengatakan KKN internasional diikuti 104 mahasiswa dari enam negara berbeda, kemudian disebar menjadi tiga kelompok ke sejumlah wilayah desa di kabupaten setempat.
"KKN digelar mulai tanggal 12 Juli sampai 6 Agustus 2023. Lokasinya di Desa Kebontunggul, Desa Dilem, dan Desa Rejosari," kata Lintu di sela kegiatan di Kabupaten Mojokerto, Senin.
Ratusan mahasiswa itu terdiri dari 21 orang asal Belanda, 15 orang asal Jepang, 24 asal Korea Selatan, satu orang asal Singapura, dan dua mahasiswa Taiwan. Sedangkan untuk mahasiswa PCU berjumlah 31 orang serta ditambah 10 mahasiswa asal dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Ketua kelompok Desa Rejosari Felix Sunyoto mengatakan program KKN internasional menyasar pada aspek, yakni pengerjaan secara fisik dan nonfisik.
Lebih lanjut, untuk proyek nonfisik di wilayah kerjanya, meliputi pembangunan tempat wudhu, perbaikan pagar, dan pengecatan dinding tempat pendidikan Al Quran (TPQ) setempat, kemudian ada juga pengerjaan berupa pavingisasi jalan lingkungan.
"Kalau yang nonfisik kami mengajar di sekolah dasar di sana," kata dia di sela pengerjaan proyek pembangunan tempat wudhu TPQ.
Anggota kelompok dua Desa Rejosari yang merupakan Mahasiswa asing asal Universitas Dong Seo Korea Selatan Lee Jae Young menyebut ada sejumlah kendala yang dihadapi kelompoknya saat proses awal pavingasi jalan lingkungan di Desa Rejosari.
"Jadi peralatan tidak bisa banyak, bawanya satu per satu, kemudian cuacanya panas," kata dia.
Selain akses, di kelompoknya juga diisi mahasiswa dari enam negara berbeda sehingga terbentur persoalan bahasa ketika hendak berkoordinasi dengan warga setempat soal pengerjaan proyek tersebut.
"Di sini ada dari Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Belanda, dan Indonesia jadi ada bahasa yang berbeda, tetapi ketua dan beberapa anggota kelompok dari Indonesia membantu kami untuk berkomunikasi, mereka menjadi penerjemah," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Desa Rejosari Suprapto mengapresiasi kinerja kelompok KKN internasional tersebut, sebab menurutnya sudah bekerja maksimal untuk memenuhi kebetulan warga setempat, baik dari segi proyek fisik maupun nonfisik.
"Keberadaan mereka sangat membantu kami memenuhi kebutuhan bagi masyarakat, khususnya jalan desa ini," tuturnya.
Munculnya proyek fisik dan non fisik disebutnya berasal dari hasil rembukan antara warga dengan kelompok KKN itu.
"Kami beberapa kali bertemu membahas program kerja mereka dan mereka juga menyampaikan ide soal persoalan di sini, akhirnya disepakati soal semua program yang mereka lakukan," kata dia.