Warga 23 Desa Di Bojonegoro Kesulitan Air Bersih
Rabu, 7 September 2011 15:23 WIB
Bojonegoro - Ribuan warga di 23 desa di enam kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim), yang mengalami kesulitan air bersih, masih bisa teratasi dengan pasokan air yang dilakukan secara bergilir.
"Kesulitan air bersih di Bojonegoro ini, masih bisa teratasi dan tergolong belum berat dibandingkan kesulitan air bersih yang terjadi pada musim kemarau 2009 lalu," kata Kepala Bidang Bimbingan Rehabilitasi dan Kesejahteraan Sosial Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial (Disnakertransos) Bojonegoro, Dwi Harningsih, Rabu.
Ia membandingkan pada musim kemarau 2009 lalu, kesulitan air bersih melanda 67 desa yang tersebar di 16 kecamatan dengan jumlah 21.400 kepala keluarga (KK) atau 68.721 jiwa. Sementara ini, pada September ini, kesulitan air bersih dialami warga di 23 desa di Kecamatan Kedungadem, Sugihwaras, Ngasem, Bubulan, Temayang dan Kasiman.
Menurut dia, jumlah warga yang kesulitan air bersih di setiap desa jumlahnya bervariasi berkisar 160 KK hingga 400 KK lebih/dusun. Rata-rata di desa yang mengalami kesulitan air bersih ada dua sampai empat dusun.
Sejauh ini, lanjutnya, warga yang melaporkan kesulitan air bersih melalui kecamatan, semuanya sudah mendapatkan psokan air bersih. "Droping air bersih terus berjalan, mengacu permintaan yang dikirimkan pihak kecamatan," ujarnya, menegaskan.
Ia menjelaskan, droping air bersih kepada warga yang mengalami kesulitan air bersih tersebut, dilakukan secara bergilir dengan memanfaatkan empat truk tangki air yang isinya berkisar 4.000-5.000 liter.
Dicontohkan, pengiriman air bersih bagi warga di Desa Ngasem, Kecamatan Ngasem, Rabu, merupakan pengiriman air kedua kalinnya, selama mereka kesulitan air bersih. Di desa setempat dilaporkan ada jumlah warga yang mengalami kesulitan air bersih sebanyak 555.
"Sistim droping air bersih, kami lakukan sepekan dua kali di lokasi yang warganya membutuhkan air," jelasnya.
Ia menyatakan, kewaspadaan menghadapi kesulitan air bersih di wilayah setempat, terus dilakukan. Perhitungannya, kesulitan air bersih yang terjadi di Bojonegoro besar kemungkinan masih terus berkembang, mengingat pengalaman kesulitan air bersih pada musim kemarau 2009 lalu.
"Dalam droping air bersih yang kami lakukan, warga tidak dipungut biaya. Semuanya gratis," ucapnya.
Sementara itu, petugas Bagian Distribusi Air Bersih Disnakertransos, Kartono menambahkan, kesulitan air bersih yang dialami warga di Bojonegoro, karena sumur yang ada di wilayah mereka sudah mengering.
"Kalau tidak ada droping air bersih, warga harus membeli air Rp1.000 per jerigen 30 liter atau mencari air bersih ke desa tetangganya yang jaraknya cukup jauh," paparnyanya, mengungkapkan.