Sidoarjo (ANTARA) -
Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) bersama dengan tokoh lintas agama di Kabupaten Sidoarjo melakukan deklarasi menolak kampanye di tempat ibadah menjelang Pemilihan Umum 2024.
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali mengatakan dirinya bersama jajaran Forkopimda serta sejumlah tokoh lintas agama se-Kabupaten Sidoarjo sepakat menolak penggunaan tempat ibadah untuk kegiatan politik praktis.
"Kami menolak segala bentuk politik praktis di tempat ibadah," demikian salah satu poin deklarasi yang dibacakan oleh perwakilan tokoh agama se-Kabupaten Sidoarjo dengan di pimpin oleh Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor saat pembacaan deklarasi tolak kampanye di tempat ibadah di Pendopo Delta Wibawa, Sidoarjo, Selasa.
Pada kesempatan ini, Bupati Sidoarjo juga berpesan kepada seluruh umat beragama di Sidoarjo agar sama-sama berkomitmen agar menghindari politik praktis di tempat ibadah yang akan mengakibatkan konflik horizontal antarumat beragama.
"Namanya pesta demokrasi, perbedaan pilihan sudah biasa, sehingga mari bersama-sama menciptakan pesta demokrasi ini menjadi pesta yang sumringah, adem ayem, dan kondusif. Maka Insya Allah nanti pembangunan juga akan berlangsung dengan baik," kata Gus Muhdlor sapaan karibnya.
Gus Muhdlor juga menegaskan agar seluruh pemuka agama di Sidoarjo menyampaikan komitmen tolak kampanye di tempat ibadah ini kepada seluruh teman-teman lainnya. Sehingga, jangan sampai agama menjadi bahan bakar politik horisontal untuk kepentingan politik.
“Kita harus bersama-sama mengantisipasi hal ini karena dalam aturan KPU dan Bawaslu saat masa kampanye dan masa sesudah kampanye memang ada aturannya. Nah, saat masa sebelum kampanye ini yang harus kita waspadai, jangan sampai ada foto calon presiden di tempat ibadah," ucapnya.
Kapolres Sidoarjo, Kombes Pol Kusumo Wahyu Bintoro mengatakan bahwa Forkopimda beserta pengurus tempat ibadah menolak tempat ibadah dijadikan ajang kampanye. Saat ini sudah pada tahapan-tahapan legislatif sehingga nantinya kami menginginkan situasi yang aman, tertib, damai, dan kondusif.
“Nantinya kegiatan ini akan diteruskan dan kami break down atau kami rinci ke bawah dan kami kumpulkan seluruh tokoh agama dan masyarakat di masing-masing desa dan kecamatan. Jangan sampai pembangunan akan sia-sia jika adanya disintegrasi legislatif pilpres. Dan juga adanya kontra produktif yang mengakibatkan disintegrasi di masyarakat,” katanya.
Sementara itu, ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Sidoarjo, Idham Kholiq mengatakan bahwa sejumlah tokoh lintas agama se-Kabupaten Sidoarjo juga telah sepakat untuk menolak dengan tegas penggunaan tempat ibadah untuk kegiatan politik praktis.
“Kami sama-sama menyamakan pandangan dan saling berkomitmen untuk tidak menggunakan rumah ibadah sebagai untuk kampanye, sebagaimana memang adanya larangan yang tertuang dalam UU Pemilu,” ucapnya.
Menurut dia, tempat ibadah merupakan tempat yang harus digunakan sesuai fungsinya yaitu untuk melakukan segala jenis bentuk peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Maka, apabila terdapat sebuah praktik yang menyalahi kegunaan tempat ibadah, apalagi sampai digunakan hanya untuk kepentingan politik praktis seperti berkampanye, maka seluruh elemen masyarakat harus bisa menolak dengan tegas hal tersebut," tuturnya.