Jakarta (ANTARA) - Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Iwan Ariawan menyampaikan bahwa tren kenaikan angka kasus penularan COVID-19 harus dijadikan sebagai alarm untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat.
Ia mengatakan bahwa angka kasus penularan COVID-19 yang sebelumnya bisa ditekan sampai di bawah 1.000 per hari belakangan meningkat menjadi 2.000-an kasus per hari.
"Kondisi ini harus kita sikapi dengan kehati-hatian dan tidak menularkan atau tertular COVID-19," katanya di Jakarta, Jumat.
Menurut Iwan, peningkatan kasus COVID-19 yang belakangan terjadi antara lain dipengaruhi oleh munculnya subvarian baru virus corona penyebab COVID-19 seperti Arcturus dan Kraken.
Selain itu, peningkatan signifikan mobilitas dan interaksi masyarakat menjelang hingga setelah Lebaran juga meningkatkan risiko penularan COVID-19.
"Kami memang sudah memprediksi adanya kenaikan kasus kali ini, sebab adanya pergerakan masyarakat yang masif selama mudik dan Lebaran," kata Iwan.
Iwan, yang tergabung dalam Tim Serologi Survei Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, memperkirakan penularan COVID-19 di Indonesia bisa tetap terkendali karena mayoritas penduduk sudah punya antibodi SARS-CoV-2 hingga 98,5 persen berkat vaksinasi dan infeksi alami.
Baca juga: Eri cahyadi memaparkan penanganan COVID-19 di forum internasional
Dia juga menyampaikan bahwa tren peningkatan kasus COVID-19 yang terjadi sejak 29 April 2023, dengan angka kasus 2.074 dalam sehari, kemungkinan memuncak dan mencapai angka 5.000 kasus per hari dalam dua pekan.
Guna menekan risiko penularan, ia mengatakan, warga yang mengalami gejala COVID-19 dianjurkan segera memeriksakan diri ke dokter.
"Kalau ada yang memiliki gejala seperti flu, batuk, pilek, demam, segera periksa antigen, paling tidak kita tahu apakah COVID-19 atau bukan," katanya.
Orang muda yang terserang COVID-19 tetapi tanpa gejala, menurut dia, harus segera menjalani isolasi mandiri dan memberitahukan orang-orang yang melakukan kontak dengannya ke petugas kesehatan atau kerabat supaya mereka bisa diperiksa.
Warga lanjut usia yang terserang COVID-19, ia melanjutkan, dianjurkan segera mengakses pelayanan kesehatan.
Iwan tidak merekomendasikan penggunaan obat tanpa resep dokter pada pasien COVID-19, meskipun yang bersangkutan hanya mengalami gejala ringan serupa influenza.
"Kalau dia usia muda, gejala ringan atau tidak bergejala, kalau mau pakai obat sendiri dengan resep dokter untuk atasi gejala tidak masalah, kecuali asupan suplemen untuk menjaga stamina tubuh (boleh tanpa resep dokter)," katanya.
Dia juga menekankan pentingnya vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19.
"Kalau kita yang tidak punya dugaan sakit, kalau yang belum vaksin segera lengkapi sampai booster. Prokesnya juga tetap dilakukan dengan pakai masker dan cuci tangan," katanya.
Menurut data Kementerian Kesehatan, sebanyak 1.423 pasien COVID-19 dilaporkan meninggal di rumah sakit dalam kurun 1 hingga 3 Mei 2023.
"Kalau kami analisa siapa saja yang mengalami COVID-19 bergejala berat, bahkan meninggal, terutama adalah lansia," kata Iwan.
Pada kelompok orang dewasa, ia mengatakan, penderita COVID-19 yang mengalami gejala sakit umumnya belum mendapat vaksinasi lengkap maupun penguat.