Atlet Biliar Jatim Terancam Tidak Ikut PON 2012
Rabu, 17 Agustus 2011 19:58 WIB
Surabaya - Atlet biliar Jawa Timur terancam tidak dikirim mengikuti Pekan Olahraga Nasional XVIII tahun 2012 di Riau, setelah prestasinya jeblok pada kejuaraan nasional di Medan akhir Juli 2011.
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi KONI Jatim, Irmantara Subagio, kepada wartawan di Surabaya, Rabu, memastikan bahwa cabang biliar terdegradasi dari pemusatan latihan daerah proyeksi PON, karena gagal meraih medali emas di kejurnas.
"Aturannya sudah jelas bahwa cabang olahraga yang gagal merebut medali emas di kejurnas, harus terdegradasi dari puslatda. Itu tidak bisa ditawar lagi," ucapnya, menegaskan.
Dari target satu medali emas yang dibebankan KONI Jatim di ajang kejurnas, pebiliar Jatim hanya mampu membawa pulang satu medali perak dan satu perunggu.
Menurut informasi, kegagalan tersebut dipicu konflik internal antara pengurus POBSI Jatim dengan sejumlah atlet.
Bahkan, sebagian besar atlet sempat mengancam tidak berangkat mengikuti kejurnas di Medan, setelah ada salah satu rekannya yang dicoret.
"Yang jelas, kami sangat menyayangkan kegagalan tersebut. Namun demikian, kami tetap akan memantau perkembangan prestasi atlet biliar, untuk memastikan keikutsertaannya di PON mendatang," ujar Ibag, sapaan Irmantara Subagio.
Kendati tidak lagi masuk Puslatda Jatim, Ibag tetap meminta para atlet untuk menjalani latihan dan meningkatkan prestasinya.
KONI Jatim tetap memberikan pembinaan khusus kepada cabang biliar, karena masih berpotensi meraih medali emas di PON.
Akan tetapi, biliar tidak lagi mendapatkan fasilitas seperti saat masih bergabung di puslatda, di antaranya uang pembinaan dan bonus untuk atlet.
"Karena itu, dikirim atau tidaknya atlet biliar mengikuti PON 2012, sangat tergantung dari kemajuan prestasi atletnya," tutur Ibag, menambahkan.
Sebelumnya, Ketua Harian Pengprov POBSI Jatim Samsudin Warnangan berharap biliar tidak terdegradasi dari puslatda, meskipun gagal meraih medali emas.
"Sebenarnya anak-anak sudah tampil maksimal, tetapi karena ada perubahan format pertandingan menjadi sistem gugur, mereka gagal. Padahal, selama ini kejurnas atau PON tidak pernah pakai sistem gugur," ujarnya.
Ia mengatakan, perubahan format pertandingan kejurnas itu diprotes sebagian besar daerah peserta, tetapi PB POBSI tetap menjalankan regulasi itu.