Mesjid Al Aqsa dan perang demografis Palestina-Israel
Jumat, 7 April 2023 14:01 WIB
Siklus kekerasan
Generasi baru Yahudi pun dicekoki oleh ancaman populasi Arab. Mereka bahkan menjadi cenderung lebih eksklusif dibandingkan dengan generasi-generasi sebelum mereka.
Jajak pendapat Jewish People Policy Institute pada awal Mei 2022 memperlihatkan fakta baru bahwa kaum kanan Yahudi menyatakan enggan hidup berdampingan dengan warga Arab di Israel.
Berbeda dengan kaum liberal Yahudi yang optimistis bagi terwujudnya ide dua negara di mana Negara Palestina hidup berdampingan dengan Israel, kaum kanan justru pesimistis terhadap gagasan di mana Palestina dan Arab menginginkan negara dengan perbatasan sebelum dicaplok Israel menyusul Perang 1967.
Tingkah laku kaum kanan pun semakin agresif, yang salah satunya mereka tumpahkan di Al Aqsa.
Mereka semakin getol mendorong pemerintahnya membangun Temple of Mount di tanah tempat berdirinya Al Aqsa, karena bagi mereka ini menyangkut muasal mereka yang bersumber dari agama dan kitab suci mereka.
Namun, saat yang sama, warga Arab Palestina, juga Muslim seluruh dunia, tak akan pernah mau melepaskan Al Aqsa. Dasarnya pun sama, yakni alasan kitabiah yang berkaitan dengan iman dan tauhid. Dalam kata lain, bagi umat Islam, mempertahankan Mesjid Al Aqsa adalah bagian integral dari keimanan. Ini batas yang tak bisa dilanggar siapa pun.
Tak heran ketika Rabu pekan ini aparat keamanan Israel menyerbu Al Aqsa, tokoh-tokoh Muslim seperti Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut tindakan Israel itu sudah melewati garis merah, alias melanggar tabu.
Namun demikian, siklus kekerasan sepertinya bakal terus terjadi, bukan saja sampai dua tahun ke depan Ramadhan akan jatuh bertepatan dengan Paskah Yahudi, juga karena atmosfer politik di Israel yang semakin jauh ke kanan.
Salah satu sifat kaum kanan adalah perasaan terancam oleh populasi yang mulai tak seimbang di mana mayoritas perlahan tak lagi menjadi mayoritas. Kecenderungan ini sepertinya tengah terjadi pula di Israel.
Di sisi lain, bangkitnya kanan jauh di Israel membuktikan ucapan Yasser Arafat bahwa 'rahim wanita Arab adalah senjata terampuh Palestina', ada benarnya.