Jombang (ANTARA) - Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (KIPM) mewaspadai adanya kandungan mikroplastik di ikan, sebab berbahaya jika dikonsumsi manusia.
Kepala Pusat Pengendalian Mutu Badan KIPM Jakarta Widodo Sumiyanto mengantisipasi isu dunia terkait dengan lingkungan yang banyak tercemar limbah plastik. Limbah itu secara otomatis bermuara di laut, yang kemudian limbah bisa dimakan ikan, sehingga ikan yang tadinya aman dikonsumsi menjadi tercemar.
"Jika bermuara di laut, ada potensi dikonsumsi ikan dan akan dicerna. Ikan yang tadinya aman dikonsumsi dagingnya, kemudian mengandung mikroplastik. Ini berbahaya bagi kesehatan manusia," katanya dalam acara Bulan Mutu Karantina (BMK) Tahun 2023 di Desa/Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Rabu.
Pihaknya dalam kegiatan Bulan Mutu Karantina (BMK) Tahun 2023 ini sengaja mengambil tema tentang "Peran BKIPM dalam penjaminan mutu ikan sehat, bermutu dan bebas mikroplastik".
Isu mikroplastik saat ini sudah menjadi isu dunia. Laut banyak yang tercemar limbah plastik, termasuk di Indonesia.
Pencemaran di laut, Indonesia salah satu negara nomor lima dunia, sehingga hal ini menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah, guna memastikan bahwa ikan-ikan dari perairan Indonesia layak konsumsi,
Pihaknya melakukan penelitian sejauh mana pencemaran tersebut serta laut mana saja. Nantinya, dari data yang didapat akan menjadi bahan evaluasi untuk memastikan apakah ikan yang ditangkap layak atau tidak.
"Apabila sudah dapat data, tentu saja pasti kami umumkan yang tidak layak dikonsumsi. Sebaik-baiknya ikan proteinnya tinggi, bagus untuk kecerdasan, pertumbuhan kesehatan, tapi jika sudah mengandung mikroplastik tentu saja tidak baik untuk dikonsumsi," kata dia.
Ia juga menambahkan, memang mengawasi ekspor impor. Namun, hingga kini belum ada yang mensyaratkan terkait bebas mikroplastik.
Namun, pihaknya tetap melakukan antisipasi jangan sampai ikan di Indonesia mengandung mikroplastik.
"BKIPM akan terus menjalankan tugasnya, salah satunya adalah melakukan pelayanan optimal dalam memberikan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan serta meningkatkan sistem ketertelusuran (traceability) terhadap produk perikanan dari hulu ke hilir," kata dia.
Anggota Komisi IV DPR RI Ema Umiyyatul Chusnah yang hadir dalam acara itu mengatakan edukasi dan sosialisasi terkait dengan pentingnya mengonsumsi ikan yang sehat sangat penting.
"Dengan bulan mutu karantina, kami beri edukasi ke masyarakat. Di Jombang tidak ada laut, namun sosialisasi penting untuk memberikan edukasi ke masyarakat pentingnya mengonsumsi ikan yang sehat. Ikan sehat tidak mengandung unsur mikroplastik," kata Ning Ema, sapaan akrabnya.
Bulan mutu karantina adalah layanan edukasi dan sosialisasi dalam menjamin kesehatan, keamanan hayati, dan keamanan pangan hasil perikanan yang diikuti dengan penyediaan, pembagian dan penyerahan ikan konsumsi kepada sasaran masyarakat penerima manfaat di lokasi yang ditetapkan, salah satunya adalah masyarakat Desa/Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang.
Total paket edukasi ikan sehat dan bermutu yang didistribusikan sejumlah 500 paket berisi ikan dan olahannya yakni ikan gurami, otak-otak ikan, otak otak bandeng, teri krispi, serta sarden.
Dalam program ini, Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan memang bekerja sama dengan Komisi IV DPR RI.
Hadir juga dalam acara itu Kepala BKIPM Surabaya 1 Suprayogi, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Jombang Nurkamalia dan tamu undangan lainnya.