Banyuwangi (ANTARA) - Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani kembali ngantor di desa dalam program Bunga Desa (Bupati Ngantor di Desa) di Desa Watukebo, Kecamatan Blimbingsari, yang merupakan proyek percontohan model Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA).
Desa Watukebo telah ditetapkan menjadi Desa RPPA yang dicanangkan langsung oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga pada 2021.
Di desa ini Bupati Ipuk menggelontor berbagai program untuk perempuan, khsususnya kepada perempuan kepala rumah tangga.
Seperti memberikan bantuan usaha melalui program "Kanggo Riko" (bantuan usaha) dan Warung Naik Kelas (Wenak) pada perempuan.
Bupati Ipuk mengunjungi ibu rumah tangga penjual tahu lontong, Hamsiyah, yang menjadi tulang punggung keluarga.
"Enak tahu lontongnya, padahal tempatnya nyempil tidak di pinggir jalan. Semoga lancar terus usahanya," kata Ipuk usai menyerahkan bantuan tersebut.
Sementara itu, "Kanggo Riko" yang dalam bahasa Osing berarti "Untuk Anda" merupakan program fokus memberdayakan ribuan warga miskin dengan menggelontorkan dana penguatan ekonomi bagi rumah tangga miskin (RTM) yang sedang merintis usaha atau berniat meningkatkan usahanya, yang nilainya Per RTM mendapat Rp2,5 juta, disesuaikan dengan kebutuhan usaha.
"Tahun ini program Kanggo Riko diberikan untuk 1.700 rumah tangga miskin, 60 persen lebih kami sasarkan pada perempuan kepala rumah tangga," ujar Bupati Ipuk.
Bupati Ipuk juga memberikan bantuan alat usaha kepada janda penjual rujak, Aspupah, melalui Warung Naik Kelas (Wenak).
Bupati Ipuk juga melihat langsung pelatihan usaha ibu rumah tangga berbahan dasar daur ulang. Mereka juga dilatih memilah sampah rumah tangga yang organik dan anorganik melalui bank sampah.
Sampah organik tersebut lantas dibuat ecoenzym untuk diolah menjadi berbagai produk seperti sabun, pupuk, lulur, pembersih, dan lain-lain.
Ipuk menjelaskan pemkab akan terus menggulirkan program-program penguatan kapasitas perempuan dan perlindungan hak-hak anak di Banyuwangi.
"Program-program ini upaya menyelesaikan permasalahan dan pengembangan perempuan dan anak mulai dari desa. Dengan begitu, ini akan mendukung pembangunan perempuan dan anak dalam berbagai bidang," katanya.
Bupati menjelaskan pemkab akan terus menggulirkan program-program penguatan kapasitas perempuan dan perlindungan hak-hak anak di Banyuwangi. Mulai dari menggelar rutin Musrenbang Perempuan dan Anak, serta mengintensifkan program Ruang Rindu.
Untuk mendukung program-program penguatan kapasitas perempuan dan perlindungan anak, di desa Watukebo terdapat 12 Kader Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA).
Kader SAPA ini yang bertugas melakukan pendampingan pelaksanaan DRPPA.
Salah satunya Putu Swatini yang sudah dua tahun menjadi Kader SAPA. Dia mengaku lebih memilih memberikan pendampingan terkait masalah perempuan dan anak.
"Seperti kekerasan, pernikahan dini, dan lainnya. Seperti beberapa waktu lalu ada pasangan yang berniat melakukan pernikahan dini, kami dampingi, akhirnya mereka bersedia mundur dua tahun," ujarnya.