Puluhan Orang Tewas dalam Pertempuran di Kamp Militer Yaman
Jumat, 29 Juli 2011 4:57 WIB
Sanaa (ANTARA/AFP) - Orang-orang suku menyerang kamp militer di dekat Sanaa, ibu kota Yaman, Kamis, yang menyulut pertempuran yang menewaskan atau mencederai puluhan orang di kedua pihak, kata militer dan orang suku.
"Kelompok ratusan orang bersenjata" menyerang pos militer di Samaa, 40 kilometer sebelah timurlaut Sanaa, kata situs kementerian pertahanan 26sep.net mengutip seorang pejabat militer.
Sekelompok "unsur kriminal" menyerbu kamp itu ketika satu kelompok lain "membomnya, dengan menggunakan berbagai senjata", yang menewaskan atau mencederai sejumlah prajurit, kata pejabat itu.
Militer membalas "dan kedua pihak terlibat dalam bentrokan sengit... yang menimbulkan banyak korban" di pihak penyerang.
Sumber-sumber suku mengkonfirmasi jatuhnya korban dengan mengatakan, "puluhan orang tewas dan cedera" di kedua pihak.
Militer meminta bantuan udara untuk menyerang orang suku yang menguasai sebagian kamp yang dijaga pasukan Garda Republik, yang setia pada Presiden Ali Abdullah Saleh, kata sumber-sumber suku itu.
Deputi Menteri Penerangan Abdo al-Janadi menuduh Mansur al-Hanaq, mantan anggota partai oposisi Islamis berpengaruh Al-Islah, mendalangi serangan itu.
Pejabat militer itu mengatakan, "unsur-unsur kriminal bersenjata ini bertujuan mengendalikan kamp Sanaa dalam upaya menguasai bandara internasional Sanaa sebagai bagian dari rencana mereka menggulingkan legitimasi konstitusional dan merebut kekuasan dengan paksa," kata 26sep.net.
Kelompok suku yang setia pada pemimpin oposisi kuat Sheikh Sadiq al-Ahmar pada Juni terlibat dalam pertempuran dengan pasukan pemerintah di Sanaa setelah Saleh menolak menandatangani perjanjian transisi yang ditengahi negara-negara Teluk.
Perjanjian yang telah ditandatangani oposisi itu menetapkan Saleh meninggalkan kekuasaan dalam waktu 30 hari, dan sebagai imbalannya, ia akan memperoleh kekebalan dari penuntutan.
Saleh, yang telah berkuasa selama 33 tahun, menghadapi protes sejak Januari untuk menuntut pengunduran dirinya, yang disambut dengan tindakan keras aparat keamanan.
Demonstrasi di Yaman sejak akhir Januari yang menuntut pengunduran diri Saleh telah menewaskan lebih dari 300 orang.
Dengan jumlah kematian yang terus meningkat, Saleh, sekutu lama Washington dalam perang melawan Al-Qaeda, kehilangan dukungan AS.
Pemerintah AS mengambil bagian dalam upaya-upaya untuk merundingkan pengunduran diri Saleh dan penyerahan kekuasaan sementara, menurut sebuah laporan di New York Times.
Para pejabat AS menganggap posisi Saleh tidak bisa lagi dipertahankan karena protes yang meluas dan ia harus meninggalkan kursi presiden, kata laporan itu.
Meski demikian, Washington memperingatkan bahwa jatuhnya Saleh selaku sekutu utama AS dalam perang melawan Al-Qaeda akan menimbulkan "ancaman nyata" bagi AS.
Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.
Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.
Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP).
Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.