Perajin Daun Nanas Target Tembus Ekspor
Rabu, 13 Juli 2011 17:51 WIB
Kediri - Para perajin yang membuat kerajinan tangan dari daun nanas di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, menargetkan mampu menembus pasar ekspor.
"Kami ingin bisa menembus pasar ekspor. Saat ini, kami sedang mencoba menjalin kerja sama dengan sebuah perusahaan di Bandung. Awalnya masih buah, tetapi harapannya juga bisa kerajinan tangan," kata Endro Puji Astoko, salah seorang perajin daun nanas di Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Rabu.
Ia mengatakan, potensi pasar penjualan kerajinan dari daun nanas itu sangat besar. Terlebih lagi, di Indonesia masih belum terlihat adanya perajin yang membuat kerajinan tangan ini.
Awal mula mencoba membuat daun nanas menjadi lebih berharga, kata Endro, sebenarnya sudah sejak 2005 lalu, dengan mencoba membuat bahan tekstil dari serat daun nanas.
Tetapi, hasil dari kain itu kualitasnya masih belum bagus, sehingga tidak dilanjutkan. Terlebih lagi, pihaknya juga belum mempunyai alat khusus untuk memintal benang, sehingga cukup sulit untuk dilanjutkan.
"Kami baru mencoba kembali untuk menjadikan daun nanas ini menjadi kerajinan tangan sejak setahun lalu. Kami belajar ke Bantul, Jawa Tengah dengan dibantu dari pemkab," katanya mengungkapkan.
Hasilnya, kata dia, cukup bagus. Dari proses pembelajaran itu, ternyata daun nanas bisa menjadi kerajinan yang cukup bernilai. Serat itu bisa dibuat berbagai macam kerajinan, seperti tempat tisu, tas, hingga tempat duduk.
Untuk proses pembuatan daun hingga bisa diolah menjadi kerajinan, Endro mengatakan memerlukan waktu yang cukup lama. Sebelumnya, dipilih daun yang sudah tua, sisa panen (berumur lebih dari dua tahun) lalu dibersihkan bagian pangkalnya, hingga hanya terlihat bagian daun berwarna hijau.
Daun lalu dibuang durinya menggunakan alat tersendiri lalu dibelah sesuai dengan keinginan, seperti menjadi lima bagian. Seluruh daun itu lalu dimasak sekitar 14 menit lalu direndam dalam air biasa sekitar 12 jam.
Usai direndam, seluruh daun itu lalu dijemur selama satu hari, hingga dapat dibuat tampar atau dipintal.
Endro yang juga menjabat sebagai Manajer Koperasi Pertanian "Langgeng Mulyo" ini mengatakan, selama ini masih menggunakan cara tradisional untuk memintal daun nanas itu, hingga hasilnya belum maksimal. Padahal, jumlah pesanan juga semakin meningkat.
Saat ini, pihaknya juga hanya mengandalkan membuat kerajinan dari 15 orang yang membantunya, hingga produksinya belum maksimal. Terlebih lagi, tidak setiap hari dapat membuat kerajinan. Mereka membuat stok lebih, jika menghadapi pameran.
"Produksi masih belum maksimal. Setiap orang, paling bisa buat lima kerajinan, itupun yang kecil. Jika yang besar, seperti kursi, hingga beberapa hari. Jadinya, stok memang masih terbatas," kata Endro.
Untuk promosi, kata dia, selama ini lebih banyak bergabung dalam acara pameran. Produk-produk yang dibuat dibawa oleh pemerintah untuk diikutkan dalam acara pameran.
Ia mencontohkan, dalam pameran yang berlangsung di Simpang Lima Gumul (SLG) Kabupaten Kediri pada 30 Juni - 9 Juli 2011, animo masyarakat ternyata juga sangat tinggi. Seluruh barang stok dua bulan habis terjual.
Untuk masalah harga, kata dia, memang cukup bervariatif, tergantung tingkat kerumitan. Tas misalnya, dipatok harga antara Rp30 ribu hingga Rp60 ribu, hiasan lampu harganya antara Rp50-Rp250 ribu, tas belanja antara Rp20-Rp40 ribu.
Buah nanas memang banyak ditanam di Kabupaten Kediri sebelah timur, seperti Kecamatan Ngancar dan Plosoklaten. Luas lahan yang ditanami nanas saat ini mencapai 24,75 hektare. Dengan luas lahan itu, dipastikan tidak akan kekurangan stok bahan.
Endro berharap, pemerintah juga memperhatikan usaha membuat kerajinan dari daun nanas ini. Pihaknya berharap, ada bantuan tambahan alat untuk keperluan pemintalan daun, hingga nantinya bisa meningkatkan produksi.
Sementara itu, Kepala Seksi Promosi dan Penanaman Modal, Kantor Penanaman Modal Kabupaten Kediri, Imaduddin mengatakan pemerintah sangat memperhatikan usaha-usaha kreatif, salah satunya kerajinan dari daun nanas ini.
Pihaknya akan terus melakukan pembinaan terhadap usaha ini. Diharapkan, kerajinan ini juga dapat menjadi kerajinan khas Kabupaten Kediri, yang memang sudah terkenal dengan buah nanasnya.
"Kalau Ngancar kan potensi buah nanasnya tinggi dan sudah terkenal. Kami harap, nanti kerajinan dari daun nanas ini juga bisa menjadi khas kabupaten," kata Imaduddin berharap.