Bojonegoro - Seratusan pengurus lembaga panti asuhan yang tergabung di dalam Badan Koordinasi Panti Asuhan Islam (BKPAIS) Surabaya, Minggu, studi banding di Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah, Bojonegoro. "Kami datang untuk mempelajari pola pengasuhan anak dan penunjang ekonomi di Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Bojonegoro," kata salah seorang pengurus Yayasan Al Madinah Surabaya, Rizal. Didampingi pegurus lainnya dari Panti Asuhan Al Huda Surabaya, Sunardi, ia menjelaskan, studi banding pengurus panti asuhan se-Surabaya tersebut atas prakarsa,Yayasan Dana Sosial Al Falah, Surabaya. Sedangkan, dipilihnya studi banding ke Bojonegoro, karena Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah, tergolong mampu mengembangkan perekonomian dengan agrobisnis untuk menunjang pendidikan anak asuhnya. Berbeda, lanjutnya, dengan pengelolaan ekonomi panti asuhan di Surabaya. Sebagian besar, masih mengandalkan dari para donatur dan masih jarang yang mampu mengembangkan perekonomian untuk penunjang kegiatan anak asuh. "Di Surabaya masih sulit mencari orang yang mau diajak menanamkan sahamnya untuk pengembangan perekonomian panti," katanya, mengungkapkan. Dalam penjelasannya, Sekretaris Panti Asuhan yatim Muhammadiyah Bojonegoro, Supartmo mengatakan, dengan jumlah 68 anak asuh, tidak semuanya merupakan anak yatim yang ditinggal mati orang tuanya. Sebagian di antaranya, baik anak asuh laki-laki maupun perempuan, orang tuanya sudah tidak mampu lagi membiayai pendidikan. "Bagi anak asuh yang beprestasi bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri dan masih menjadi tanggungan panti," katanya seraya menyebutkan pada tahun ini, ada dua anak asuh yang diterima di Universitas Airlangga (Unair) dalam program bidik misi. Di panti setempat, pengembangan agribisnis sudah dilakukan sejak 1993 melalui usaha ternak kambing dan berlanjut dengan ternak sapi baik sapi potong maupun sapi perah. Data di panti setempat mencatat jumlah kambing ada 25 ekor dan sapi 35 ekor yang empat ekor di antaranya sapi perah. Selain itu, panti juga memiliki 12 ekor sapi yang dipelihara masyarakat dengan sistem bagi hasil. Sementara itu, kotoran sapi yang dihasilkan dikembangkan menjadi biogas dan pupuk organik yang bisa dimanfaatkan untuk pupuk areal pertanian dan perikanan di panti setempat, termasuk dijual keluar. Panti yang memiliki tanah seluas 41.933 meter persegi tersebut mengembangkan berbagai aneka usaha, selain peternakan dan juga perikanan mulai pengembangan ikan patin, bawal, gurami dan nila. Di bidang pertanian, dikembangkan tanaman padi yang dikelola dengan pupuk organik. Selain itu, panti juga mengembangkan berbagai aneka industri makanan ringan, di antaranya keripik pisang, keripik nangka, wingko hingga pembuatan tempe. Usaha lainnya yang dilakukan yakni membuka warung Hatmi yang menjual makanan sebagian besar produksi panti setempat.
Panti Surabaya Studi Banding Di Bojonegoro
Minggu, 10 Juli 2011 12:58 WIB