Demokrat Pertanyakan Motivasi Peluncuran Buku "Cikeas Kian Menggurita"
Jumat, 8 Juli 2011 20:42 WIB
Pacitan - Salah seorang Dewan Pembina Partai Demokrat, Achmad Mubarok, mempertanyakan motivasi George Junus Aditjondro menulis buku kontroversial jilid dua berjudul "Cikeas Kian Menggurita".
"Dia (George Junus Aditjondro) seorang akademisi tapi tulisan-tulisan yang dibuat tidak mencerminkan level itu," kritik Mubarok saat dikonfirmasi wartawan di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Jumat.
Mantan Ketua DPP Partai Demokrat ini sebenarnya tidak datang ke "kampung kelahiran" Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk sekadar mengomentari permasalahan karya buku kontroversial tersebut.
Ia berkunjung ke Kabupaten Pacitan mendampingi Menteri Lingkungan Hidup, Gusti Mohammad Hatta, meresmikan proyek pengolahan sampah di daerah tersebut.
Namun saat salah seorang wartawan media cetak nasional mempertanyakan seputar peluncuran buku karya George Junus Aditjondro edisi kedua, beberapa waktu lalu, emosinya langsung meledak.
Meski belum sempat membaca isi buku terbaru karya sosialog kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah tersebut, Mubarok yakin isinya tidak jauh beda dengan buku “Membongkar Gurita Cikeas”.
Bahkan dengan tegas ia menyebutnya sebagai sampah. "Kalau dulu nulis buku ternyata kualitasnya sampah, maka yang sekarangpun pasti tidak akan jauh-jauh dari itu. Kalau 'sampah' ya didaur ulang saja, dijadikan apa kek gitu," sergahnya dengan nada tinggi.
Ia berani menyatakan karya Aditjondro tidak ilmiah karena isi yang dimuat lebih diorientasikan untuk menyerang pemerintahan, khususnya pribadi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta keluarganya.
Padahal, dalam kaidah penulisan buku yang bersifat akademis, seharusnya peneilitian melibatkan banyak perspektif narasumber, terutama yang menjadi obyek tulisan.
Kode etik tersebut berlaku dalam setiap karya akademis, sekalipun metodologi yang digunakan adalah penelitian literatur buku, koran, majalah, serta internet seperti dilakukan Aditjondro.
"Dalam dunia jurnalistik saja ada kode etik 'cover both side' (menggunakan dua sumber yang saling berseberangan), apalagi ini dalam penulisan buku. Secara logika, harusnya penulisan lebih komprehensif dan berimbang," timpal Ramadhan Pohan mendukung pernyataan seniornya di DPP partai Demokrat.
Diberitakan, Kamis (7/7) lalu Goerge Junus Aditjondro kembali meluncurkan karya kontroversial kedua di Yogyakarta. Buku terbaru itu diberi judul "Cikeas Kian Menggurita". Buku tersebut berisi enam bab dan terdiri dari 203 halaman. *