Surabaya (ANTARA) - Direktur Operasional PT Sariguna Primatirta, Tbk., Eko Susilo mengatakan pelabelan risiko Bisfenol A (BPA) pada produk Air Minum dalam Kemasan (AMDK) oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dapat meningkatkan kepercayaan konsumen.
Eko dalam keterangan yang diterima di Surabaya, Minggu, menyebut pelabelan BPA akan berdampak positif terhadap industri.
Beberapa negara sebenarnya sudah melakukan pelarangan penggunaan kemasan yang masih mengandung BPA.
"BPOM tengah melakukan harmonisasi aturan untuk melakukan pelabelan untuk menjaga keamanan pangan agar konsumen tidak dirugikan. Kami tentu mendukung karena akan menjadi stimulus untuk menumbuhkan kepercayaan konsumen karena nantinya akan berimbas pada pertumbuhan yang baik untuk AMDK di Indonesia,” kata Sekjen Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Nasional itu.
Menurutnya, usaha pelabelan ini adalah sebagai bentuk nyata industri AMDK untuk memprioritaskan konsumen. Karena menjadi hak konsumen untuk mendapatkan transparansi informasi tentang apa yang mereka konsumsi.
Hal ini juga menjadi tanggung jawab produsen untuk menciptakan produk-produk sesuai dengan standar kualitas dan keamanan yang telah ditetapkan.
"Transparansi itu akan meningkatkan konsumen dan permintaan. Oleh karenanya, perubahan ini sebenarnya tidak akan matikan industri AMDK tetapi justru akan memacu kinerjanya karena akan menumbuhkan kepercayaan konsumen bertambah besar," ujarnya.
PT Sariguna Primatirta merupakan produsen air minum Cleo. Pihaknya, menurut Eko sudah BPA free sejak 18 tahun lalu.
"PET yang kami digunakan memiliki banyak keunggulan. Selain dari sisi kesehatan, dari sisi transparansi juga sudah bening tanpa pewarna. Kemudian dari sisi sirkular ekonominya, PET ini paling mudah diproses kembali bottle to bottle dan ini yang paling aman untuk lingkungan. Kami tidak hanya memikirkan keuntungan, tapi ada nilai tambah dari kemasan yang kami gunakan," tuturnya.
Kemasan air minum yang sudah bebas BPA atau BPA free menurut Eko memiliki banyak keunggulan. Pertama tentunya dari sisi kesehatan. Kemudian, dari sisi ekonomi.
Kemasan yang sudah tidak mengandung BPA sebenarnya justru lebih kompetitif dan lebih terjangkau serta mudah diaplikasikan oleh perusahaan air minum, bahkan yang masuk dalam kategori UMKM.
Sebagai perbandingan, bijih plastik jenis PC yang mengandung BPA harganya mencapai 4 dolar AS per kg. Sedangkan PE hanya 1 dolar AS per kilogram.
Harga bahan baku ini tentu sangat berpengaruh karena di industri AMDK, kemasan berperan sekitar 70 persen terhadap biaya produksi.
Selain keunggulan tersebut, konsumen saat ini juga semakin concern terhadap isu kesehatan. Eko kemudian mencontohkan pemilihan botol susu bayi.
”Orang tua sekarang pasti akan memilih yang ada label BPA free. Kalau begitu, mengapa untuk galon tidak ganti yang juga BPA free?,” tuturnya.
Secara umum, tren pertumbuhan industri AMDK di tahun 2022 ini cukup positif dan secara nasional mampu tumbuh sekitar 8 persen.
Bahkan saat pandemi, industri AMDK hanya terimbas pada 2020 dengan kontraksi sekitar 10 persen. Selanjutnya di 2021 sudah kembali pulih bahkan mampu melampaui kinerja tahun 2019.
Pertumbuhan ini tidak lepas dari sudah mulai normalnya kegiatan ekonomi yang mendongkrak konsumsi. Begitu juga di Jawa Timur.
Perusahannya secara nasional mampu tumbuh melampaui rata-rata industri yaitu sebesar 10 persen. Sedangkan khusus di Jawa Timur pertumbuhannya kurang lebih 25-27 persen.