Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur memberikan pendampingan berkelanjutan untuk anak-anak korban tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022, yang menewaskan 135 orang.
Ketua LPA Jatim Anwar Solihin di Kabupaten Malang, Jatim, Rabu mengatakan bahwa ada puluhan anak yang terdampak tragedi Kanjuruhan yang diberikan pendampingan oleh LPA Jatim.
"Kami memberikan pendampingan, ada tenaga yang mendampingi intensif. Satu bulan sekali melakukan kunjungan untuk 38 orang anak," kata Anwar.
Ia menjelaskan, kondisi anak-anak yang terdampak tragedi Kanjuruhan tersebut saat ini masih belum berada dalam kondisi pulih. Sehingga, pendekatan yang dilakukan oleh tim LPA Jatim harus dilakukan secara berhati-hati.
Oleh karena itu, lanjut dia, pendampingan dengan mengedepankan pendekatan psikologis perlu dilakukan termasuk pada pola pengasuhan anak. Pendampingan tersebut tidak hanya untuk anak-anak yang terdampak, namun juga kepada orang-orang yang ada di sekitarnya.
"Ada anak-anak yang ibunya meninggal dalam peristiwa itu, namun ayahnya tidak di tempat dan anak itu diasuh oleh kakeknya. Saya kira itu juga perlu dukungan pengasuhan positif," ujarnya.
Ia menambahkan, pendampingan tersebut perlu dilakukan agar anak-anak yang menjadi korban dan terdampak tragedi Kanjuruhan nantinya bisa hidup mandiri dan meraih apa yang dicita-citakan.
"Dampak pada anak-anak itu masih banyak yang terlihat. Kita harus melakukan pendekatan secara hati-hati, karena pada saat diajak bicara, mereka akan mengingat dan kemudian menangis," ujarnya.
LPA Jatim bersama Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) menilai pendampingan berkelanjutan penting untuk dilakukan dalam upaya untuk proses transisi yang sedang dilakukan keluarga, terutama bangkit secara ekonomi.
Ada sejumlah upaya yang dilakukan pada pendampingan berkelanjutan tersebut di antaranya pendampingan dan penguatan pada bidang pendidikan, pengasuhan dan tumbuh kembang anak. Langkah itu dilakukan selama tiga tahun ke depan dengan evaluasi setiap tahunnya.
Dalam kesempatan itu, sebanyak 38 anak yang terdampak tragedi Kanjuruhan mendapatkan bantuan biaya pendidikan dan tumbuh kembang anak. Bantuan itu diharapkan bisa menjamin keberlangsungan sekolah anak-anak tersebut.
Pada Sabtu (1/10) terjadi kericuhan usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.
Kerusuhan tersebut semakin membesar di mana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut dan pada akhirnya menggunakan gas air mata.
Akibat kejadian itu sebanyak 135 orang dilaporkan meninggal dunia akibat patah tulang, trauma di kepala dan leher dan asfiksia atau kadar oksigen dalam tubuh berkurang. Selain itu, dilaporkan juga ada ratusan orang yang mengalami luka ringan dan luka berat.(*)
Baca juga: Usai dirawat 50 hari, Pasien terakhir tragedi Kanjuruhan dipulangkan