Surabaya (ANTARA) - Puluhan pelajar dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 2 Surabaya yang tergabung dalam program Sunday School mengajar sejumlah anak jalanan (anjal) di bantaran sungai Jembatan Merah, Kota Surabaya, Jatim, Jumat.
Kepala SMP Muhammadiyah 2 Surabaya Ida Indahwati Waliulu mengatakan program kegiatan mengajar anjal berupa belajar bela diri, gim edukasi, mendongeng dan baca tulis tersebut sebagai penguat pendidikan karakter para siswa di luar pembelajaran sekolah.
"Ide kreatif yang datang dari siswa-siswi Sunday School ini harapannya bisa berlanjut. Program tersebut menjadi sebuah pembelajaran karakter tersendiri dan semoga bermanfaat untuk masyarakat sekitar," katanya.
Sunday School mengajar merupakan program rutin yang sudah berjalan sejak dua tahun lalu, konsep yang diusung kali ini adalah belajar dengan sukacita.
"Tahun ini, siswa-siswi SS mengajar selama satu bulan penuh, pada Minggu dan Selasa," kata Koordinator Program Sunday School SMP Muhammadiyah 2 Surabaya Anas Effendi.
Anjal yang di asuh oleh komunitas Cahaya Bunda ini, lanjutnya, jumlahnya ada 60 orang, sedangkan yang menetap di bantaran sungai Jembatan Merah memiliki kebiasaan mengamen hingga asongan.
"Aku senang ikut bela diri dan bermain game sama kakak-kakaknya. Asik dan menyenangkan belajarnya," ujar salah satu anjal yang bernama Kevin.
Sementara itu, perwakilan murid Sunday School Melly Julia Rahmat berharap agar para anjal dapat memperoleh pembelajaran seperti dirinya untuk menggapai cita-cita apa yang diinginkannya kelak.
"Mereka memiliki mimpi seperti kami, dengan kami mengajar bisa menjadi penyemangat mereka untuk menggali cita-cita dan harapan mereka kedepannya," ujarnya.
Sebelumnya, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mulai menerapkan kebijakan pekerjaan rumah (PR) akademik pelajar Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat menjadi pembelajaran pendidikan karakter pada 10 November 2022 lalu yang dinilainya bisa mencegah kenakalan di kalangan remaja.
"Ketika seluruh anak di Surabaya sudah terbentuk karakter kebangsaan yang kuat, maka tidak akan ada namanya kenakalan remaja. Termasuk pula tawuran antar-siswa atau pelajar yang minum-minuman keras," katanya. (*)