Madiun (ANTARA) - Produksi tanaman kakao di wilayah Kabupaten Madiun meningkat dalam dua tahun terakhir karena didukung kondisi cuaca yang banyak hujan.
"Hasil perkebunan Madiun lumayan bagus, terlebih kakao. Panen kakao setiap tahun meningkat meski luas lahan tanamnya cenderung naik-turun. Hal itu didukung oleh cuaca," ujar Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Pertanian dan Perikanan (Disperta) Kabupaten Madiun Imron Rasidi di Madiun, Selasa.
Menurut dia, kakao merupakan komoditas butuh air atau kelembaban, asalkan tidak berlebihan. Kondisi yang banyak hujan dalam beberapa tahun terakhir telah andil meningkatkan hasil panen petani kakao di Kabupaten Madiun.
Sesuai data, pada tahun 2019 hasil panen kakao mencapai 860 ton, tahun 2020 naik menjadi 881 ton. Kemudian naik lagi menjadi 891 ton tahun 2021. Sementara per Juni 2022 tahun ini sudah mencapai 373 ton. Pihaknya optimistis hasil panen ketiga komoditas tersebut meningkat.
Imron menjelaskan, hasil panen kakao tidak selalu bergantung dengan luas lahan tanam. Tidak jarang, meskipun lahan tanam sedikit tetapi hasil panennya lebih banyak.
"Faktor terbesar yang mempengaruhi hasil panen meningkat adalah cuaca stabil dan kualitas perawatan dari para petani," kata dia.
Tanaman kopi dan kakao sangat cocok di dataran tinggi. Sebab, jika tidak hujan tetap bisa lembab oleh embun dan udara dingin.
"Terpenting cuaca tidak ekstrem sekali. Seperti panas terus ataupun hujan terus. Hal itu bahaya karena bunganya bisa berguguran karena beban air berlebih," terangnya.
Sedangkan jika terlalu panas, bunga cepat kering dan tidak bisa berbuah. Sementara jika terlalu sering hujan, pertumbuhan bunga terhambat dan tumbuhan jadi lebih rimbun daunnya.
Ia menambahkan, pemberian pupuk yang sesuai dan cukup dengan kebutuhan nutrisi tanaman juga turut mempengaruhi hasil panen kakao yang meningkat. Terkait serangan hama atau virus, cenderung sedikit dalam beberapa tahun terakhir.
Seperti diketahui, tanaman kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan di Kabupaten Madiun sebagai salah satu daerah pengembangan Kawasan Selingkar Wilis di Jawa Timur.
Sentra kakao terdapat di wilayah Kabupaten Madiun lereng Gunung Wilis. Yakni di Kecamatan Kare dan Dagangan dengan total luasan mencapai 4.363 hektare.