Madiun (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mendorong petani kakao di wilayahnya menerapkan pola Tanam Petik Olah Kemas Jual (TPOKJ) pada komoditasnya guna meningkatkan nilai jual produk.
Bupati Madiun Ahmad Dawami mengatakan selama ini masih ada petani kakao yang belum menerapkan pola TPOKJ. Pengolahan kakao di Kabupaten Madiun masih sederhana, bahkan ada petani yang menjual hasil panennya dalam bentuk mentah.
"Seiring dengan peningkatan produksi maka penanaman kakao untuk diolah menjadi cokelat sudah di jalankan bersamaan dan seimbang," ujar Bupati Ahmad Dawami di Madiun, Rabu.
Menurut dia, Pemkab Madiun telah hadir bersama BUMDes Rumah Cokelat di Desa Bodag, Kecamatan Kare, untuk menampung dan mengolah hasil panen kakao di wilayah Kabupaten Madiun.
Melalui Rumah Cokelat Bodag, kakao hasil panen petani diolah menjadi minuman cokelat dan cokelat batangan kemudian dikemas dan dijual.
Bupati menyatakan pihaknya bersama para pemangku kepentingan lainnya terus berupaya agar semua produk komoditas di Kabupaten Madiun merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat yang dikelola oleh BUMDes. Selain untuk meningkatkan nilai ekonomis, hal itu juga menjadi solusi pengangguran yang ada.
Data Dinas Pertanian setempat mencatat luas wilayah pembudidayaan kakao di Kabupaten Madiun mencapai 4.363 hektare, dengan sentra terluas berada di Kecamatan Kare dan Dangangan.
Produksi kakao di Kabupaten Madiun pada tahun 2020 mencapai 642 ton. Jumlah tersebut naik di tahun 2021 ini yang mencapai 652 ton.
Selain kakao, Pemkab Madiun juga mendorong pola serupa pada petani kopi setempat. Kabupaten Madiun memiliki komoditas kopi andalan, yakni Kopi Wilis yang menjadi kekuatan komoditas kopi di Jawa Timur bersamaan dengan Kopi Ijen.
"Dengan penerapan pola TPOKJ, harapannya produk-produk yang ada di Madiun kian terus bergerak dan menerobos pangsa pasar. Sehingga meningkatkan kesejahteraan warga," katanya.