Situbondo (ANTARA) - Sebagian nelayan di Situbondo memilih tidak melaut untuk sementara dan beralih profesi sebagai kuli angkut barang bongkar muat kapal layar antar-pulau.
"Kami berfpkir dua kali untuk melaut, karena BBM solar naik, terlebih tangkapan ikan saat ini sulit yang disertai cuaca tidak mendukung," kata Wadi, salah seorang nelayan di Pesisir Kalbut, Kecamatan Mangaran, Situbondo, Selasa.
Ia mengaku memilih tidak melaut sejak pemerintah menaikkan harga solar, sebab jika dipaksakan mencari tangkapan ikan khawatir merugi atau tidak sesuai dengan tangkapan ikan.
Untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dalam sehari-hari, Wadi bekerja sebagai kuli angkut barang bongkar muat kapal layar di Pelabuhan Kalbut, maupun kuli angkut di pasar.
"Kalau upah kuli angkut barang tidak banyak, tapi yang penting kami bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari," tuturnya.
Senada juga dituturkan Ansori, nelayan yang juga tinggal di Pesisir Kalbut. Ia memilih melaut kendati harga solar naik, dengan harapan hasil tangkapannya banyak sehingga bisa mengganti uang solar dan memenuhi kebutuhan keluarganya.
"Saya mencoba melaut meski harga solar naik. Tapi saya merugi karena hasil tangkapan ikan dijual hanya laku Rp195.000, sedangkan modal untuk beli solar Rp200.000," katanya.
Ansori menambahkan, sejak dua bulan terakhir hasil tangkapan ikan nelayan setempat menurun karena cuaca yang tidak mendukung, ditambah lagi pemerintah menaikkan harga BBM jenis solar.
"Harapan kami pemerintah semoga ada kompensasi dari pemerintah dengan kenaikan BBM ini. Kalau ada kompensasi tentunya kami sangat terbantu," katanya. (*)