Surabaya (ANTARA) - Mahasiswa Visual Communication Design Universitas Kristen Petra Surabaya, Veronica Boni Pamudja membuat pewarna alami dari ampas kopi.
Boni ditemui di kampus setempat, Rabu mengatakan, latar belakang membuat pewarna karena meningkatnya konsumsi kopi di Indonesia dan menjamurnya kedai-kedai kopi sehingga membuat limbah ampas kopi semakin meningkat pula.
"Akibatnya terjadi penumpukan limbah di TPA (tempat pembuangan akhir) yang berakibat buruk seperti tanah semakin asam hingga meningkatkan laju pemanasan global. Maka dari itu melihat kenyataan ini akhirnya tertantang mengolah limbah ampas kopi," kata Boni.
Mahasiswi asal Surakarta ini mampu menghasilkan tiga jenis pewarna alami yaitu dari ampas kopi saja, ampas kopi dengan campuran secang dan ampas kopi dengan campuran kunyit yang menghasilkan sebuah warna yang sangat unik.
Menurut mahasiswi yang hobi menggambar ini mengatakan ada dua tahapan pengolahan ampas kopi. Menjemur ampas kopi maupun bahan lainnya.
Tahapan kedua proses ekstrasi, mengambil zat warnanya dengan menggunakan air yang direbus bersamaan dengan bahan sampai menyusut hingga setengahnya.
"Proses menjemur bisa mencapai satu hingga dua hari tergantung cuacanya saat itu. Sedangkan proses ekstrasi membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk mendapatkan 600 mililiter pewarna," kata Boni.
Sesuai dengan pemilihan OBE-LEAP-nya maka Boni bekerja sama dengan komunitas disabilitas berbasis ekonomi "Self Help Group Solo" maka menghasilkan empat produk dari pewarna alami hasil limbah kopi. Empat produk itu adalah dua outer dan dua tote bag.
"Dua jenis produk daily fashion apparel yaitu Arsa Outer dan Abisatya Tote Bag ini dikemas dalam sebuah brand bernama BAWARNA," kata Boni yang memperoleh nilai A untuk Tugas Akhirnya itu. (*)