Sidoarjo (ANTARA) -
Kiai Haji Muhayyin beberapa hari ini menjadi perbincangan di masyarakat setelah makamnya diziarahi KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurrahman bersama Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor.
Kedatangan Jenderal TNI AD yang juga alumni santri Pondok Buntet Cirebon itu tidak hanya berziarah tetapi mengizinkan Pemkab Sidoarjo merevitalisasi komplek makam ulama Sepuh Sono yang masih merupakan keturunan Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati Cirebon, Jawa Barat.
Nantinya oleh Pemkab Sidoarjo, komplek makam ulama sepuh Sono itu dijadikan wisata religi Sidoarjo. Di sana akan bangun tempat parkir yang luas pendopo makam, tempat wudhu, gasebo dan toilet untuk para peziarah.
"Sebagai kota Santri, Sidoarjo memiliki banyak tokoh ulama sekaligus pejuang. Komplek makam ulama sepuh Sono ini salah satunya. Nantinya makam ini akan menjadi kawasan religi," kata Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor.
Di komplek makam ini, Kiai Muhayyin dimakamkan bersama istri dan dzurriyahnya (keturunannya) di antaranya Nyai Hj. Ashfiyah (istri), K.H. Abu Mansur, K.H. Zarkasyi, K.H. Said, K.H. Masum Ali dan dzurriyah lainnya.
Lantas siapa sebenarnya K.H. Muhayyin, ulama sekaligus pejuang yang sangat dihormati masyarakat Sidoarjo itu. Berikut ini penuturan K.H. Ahmad Chusaini salah satu dzurriyah Mbah Muhayyin dari jalur K.H. Abu Mansur.
Pendiri Pondok Pesantren Sono
Pondok Sono salah satu pondok tertua di Sidoarjo yang didirikan K.H. Muhayyin. Diperkirakan berdirinya sekitar tahun 1750 an. Tidak jauh dari berdirinya Pondok Pesantren Al Hamdaniyyah (Pondok Panji) yang berada di Desa Siwalanpanji, Buduran Sidoarjo.
Cerita di masyarakat sekitar, kedua pondok tersebut memiliki hubungan kerabat. Pondok Panji sendiri yang mendirikan adalah K.H. Hamdani.
Silsilah Sambung Sampai Sunan Gunung Jati
Ulama zuhud dan wara' begitu banyak orang mengenang Mbah Muhayyin. Nasabnya sambung sampai Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati Cirebon.
1.Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati, 2. Pangeran Pasarean M. Tajul Arifin, 3. Panembahan Sendang Kemuning, 4. Pangeran Mas Panembahan Ratu II, 5. Pangeran Sedang Gayam Mande Gayam, 6. Pangeran Karim Cirebon V Girilaya, 7. Syarifah Khodijah Ratu Ayu Bangil, 8. Sayyid Sulaiman Betek Mojoagung, 9. Sayyid Ali Akbar Dresmo Surabaya, 10. Sayyid Iskandar Taman Bungkul Surabaya, 11. Zakiatus Shalihah, 12. Rubaiah Arjosari Japanan, 13. Kyai Muhayyin Sono Buduran Sidoarjo.
Tempat Mondok K.H. Hasyim Asyari Pendiri NU
Pondok Sono saat itu menjadi pondok rujukan untuk menimba ilmu agama. Bahkan banyak yang mengatakan, zaman dulu santri yang belum pernah mondok di Sono dikatakan belum lengkap ilmunya.
Tercatat ulama besar yang pernah menimba ilmu di Pondok Sono, di antaranya K.H. Hasyim Ashari pendiri NU, K.H. Manab pendiri Pondok Lirboyo, K.H. Usmas Jazuli pendiri Pondok Ploso Kediri dan sebagian besar ulama di Jawa Timur pernah mondok di tempat ini.
Buyut K.H. Ali Masud (Mbah Ud)
Mbah Muhayyin merupakan buyut dari Waliyullah Mbah Ud yang makamnya berada di komplek pemakaman umum Desa Pagerwojo Buduran, Sidoarjo.
"Mbah Ud sendiri keturunan ke 3 dari Mbah Muhayyin. Nasabnya K.H. Ali Masud bin K.H. Said bin K.H. Zarkasyi bin K.H. Muhayyin," jelas K.H. Ahmad Chusaini keturunan K.H. Abu Mansur ketiga.