Surabaya (ANTARA) - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengukuhkan tiga guru besar baru dari tiga bidang ilmu berbeda di Gedung Research Center ITS, Selasa.
Tiga profesor yang dikukuhkan masing-masing Prof. Dr. Eng. I Made Yulistya Negara S.T., M.Sc., dari Departemen Teknik Elektro, Prof. Adi Setyo Purnomo S.Si M.Sc., Ph.D., dari Departemen Kimia, dan Prof. Totok Ruki Biyanto S.T., M.T, Ph.D., dari Departemen Teknik Fisika.
"Dengan dilantiknya tiga guru besar tersebut, ITS saat ini memiliki 148 orang profesor," kata Rektor ITS Prof. Mochamad Ashari.
Rektor berharap lahirnya profesor di ITS dapat terus meningkat dan inovasi di ITS dapat semakin bertumbuh.
"Semoga gelar baru ini mampu memberikan manfaat bagi keberlangsungan hidup manusia dan terus memajukan kemanusiaan," tuturnya.
Orasi ilmiah diawali oleh Prof. I Made Yulistya Negara dengan topik peneltian bertajuk "Karakteristik Corona Discharge sebagai Deteksi Dini Kerusakan Peralatan Sistem Energi Listrik".
"Sistem peralatan elektrik untuk transmisi energi listrik membutuhkan bahan isolasi sebagai pemisah bagian bertegangan dan tidak bertegangan," kata dosen yang dikukuhkan sebagai profesor ke-146 ITS ini.
Bahan isolasi yang juga disebut bahan dielektrik ini sangat rentan terhadap medan listrik lokal.
Salah satu penyebab medan listrik lokal yang tinggi ialah ketidakmurnian dan cacat pada bahan isolasi yang akan menimbulkan fenomena partial discharge (PD). Fenomena PD yang terjadi pada dielektrik gas inilah yang disebut dengan corona discharge.
"Corona discharge ini perlu dideteksi sedini mungkin untuk menghindari kegagalan bahan dielektrik pada peralatan elektrik," kata lelaki kelahiran Negara, Bali, 1970 ini.
Berikutnya dilanjutkan oleh Prof. Adi Setyo Purnomo. Dosen Departemen Kimia ITS ini membawakan orasi ilmiah bertema biodegradasi limbah dengan tajuk "Peran Jamur Pelapuk Kayu sebagai Agen Pendegradasi Limbah Industri".
"Limbah pewarna sintetis merupakan senyawa stabil yang sulit terdegradasi di alam dan mampu membahayakan kesehatan manusia bila terhirup," tutur lelaki asal Surabaya ini.
Profesor ke-147 ITS ini menjelaskan salah satu metode pengolahan limbah pewarna yang efektif ialah dengan biodecolorization dengan menggunakan organisme (jamur dan bakteri) sebagai agen penghilang warna.
Metode ini menawarkan metode yang aman, efisien, dan ekonomis. "Jamur pelapuk kayu jenis pelapuk coklat memiliki sistem yang lebih cepat dan efektif untuk mendegradasi polutan organik dibandingkan jamur lain," kata alumnus Departemen Kimia ITS ini.
Orasi ilmiah diakhiri oleh Prof. Totok Ruki Biyanto dengan orasi berjudul "Peran Optimasi dan Pengendalian Proses dalam Mensukseskan Pembangunan Manusia dan Alam Hijau Berkelanjutan di Indonesia".
"Pengendalian dan optimasi proses merupakan aksi mencapai kinerja dan keuntungan terbaik dalam pembangunan manusia, namun tetap menjaga kelestarian alam," ucapnya.
Lebih dalam, profesor ke-148 ITS ini menyampaikan bahwa peran optimasi dan pengendalian dalam praktik hijau mampu meningkatkan keekonomisan dan profitabilitas.
Beberapa industri menerapkan praktik hijau sekedar pemenuhan persyaratan hukum. Nyatanya, optimasi praktik hijau dan keuntungan ekonomi sangat berhubungan erat.
"Penelitian berfokus pada pengurangan bahan kimia, pengembangan produk yang lebih ramah lingkungan, serta menghasilkan profit maksimum," katanya.
ITS kukuhkan tiga guru besar baru
Selasa, 15 Maret 2022 16:32 WIB
ITS saat ini memiliki 148 orang profesor