Surabaya (ANTARA) - Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) bekerja sama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya menangani kasus stunting atau anak kerdil di Kota Pahlawan Jatim.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Prof. Dr .dr. Suhartati, MS di Surabaya, Sabtu, mengatakan, seluruh elemen FK UWKS mulai dosen yang terdiri dari dokter-dokter spesialis, dosen berbagai bidang keilmuan, mahasiswa, digerakkan membantu upaya Pemkot Surabaya mengentaskan upaya penanganan dan pencegahan balita stunting di Surabaya.
"Ini juga dilakukan sebagai dukungan kebijakan Presiden Jokowi yang menargetkan problematika stunting harus sudah teratasi pada 2024 mendatang,” kata Prof. Suhartati.
Menurut dia, serangkaian program telah dilakukan Tim Stunting FK UWKS sejak Mei 2021 di antaranya kegiatan penyuluhan dengan sasaran ibu-ibu balita posyandu, kader, ibu hamil, ibu balita stunting, serta remaja putri di Kelurahan Kalirungkut, Kecamatan Rungkut, Surabaya.
Selain itu, lanjut dia, pemberian vitamin dan makanan, pelatihan deteksi dini gangguan pertumbuhan pada balita, deteksi gangguan pertumbuhan bayi dalam kandungan dengan jalur genetik. Begitu juga penyuliuhan remaja putri dan ibu hamil, ibu balita, ibu balita stunting serta kader2 posyandu.
"Jadi bukan hanya dari sisi fisik saja namun mengupas juga dampak stunting dari sisi psikologis, kemudian kesehatan ibu hamil," ujarnya.
Bahakan, FK UWKS juga akan menggelar webinar yang ditujukan bagi ibu hamil, ibu kader, ibu-ibu balita stunting, dan remaja putri pada Minggu (24/10) pukul 10.00 WIB.
Webiner tersebut menghadirkan dua pembicara ahli yakni Spesialis Kedokteran Jiwa dari FK UWKS, Dr. Harsono,SpKJ dengan tema " Hubungan antara Stunting dengan Fungsi Psikologis Anak Remaja". Sedangkan pembicara kedua yakni ahli di Bidang Obstetri Ginekologi Dr. dr. Harry Gondo, SpOG (K) dengan tema " Nutrisi pada Kehamilan".
Salah seorang tim FK UWKS Dr. dr. Ayling Sanjaya, M. Kes. SpA., menjelaskan, stunting tidak hanya berbicara mengenai anak yang pendek namun juga berbicara mengenai aspek gangguan tumbuh kembang anak dan malnutrisi serta penyakit-penyakit yang dapat menyertainya.
Hal itu, lanjut dia, dapat berpengaruh juga pada kualitas anak dan masa depan bangsa. Perhatian secara khusus diperlukan dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting di Indonesia.
Penyebab serta faktor risiko stunting pada anak bisa terjadi sejak dalam kandungan, ataupun setelah dilahirkan pada masa anak.
Ia mencontohkan di wilayah Indonesia Timur, kebanyakan stunting dipicu oleh cacing dan malaria, sedangkan di wilayah perkotaan, yang banyak justru diakibatkan oleh ketidakpahaman para ibu tentang pentingnya air susu ibu (ASI) untuk para bayinya.
"Idealnya, seorang bayi wajib hanya diberi susu ibunya saja selama 6 bulan sejak dilahirkan (ASI ekslusif). Tapi faktanya, justru banyak bayi yang sudah diberikan susu formula dan makanan tambahan seperti pisang atau nasi,” katanya. (*)