Jember (ANTARA) - Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, memiliki potensi unggulan kopi karena hampir 30 persen perkebunan ditanami kopi, bahkan beberapa daerah di sana sebagai penghasil kopi telah dikenal dunia sejak zaman penjajahan Belanda seperti di Kalisat Jampit, Blawan dan Pancur di Kecamatan Ijen.
Kopi bermutu tinggi Raung-Ijen di Bondowoso sudah terkenal memiliki cita rasa khas yang disukai penikmat kopi, namun sayangnya ketenaran kopi tersebut belum sepenuhnya berdampak nyata bagi petani karena hasil panen petani dihargai rendah oleh para tengkulak.
Untuk itu, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Jember (Unej) di Kabupaten Jember bekerjasama dengan PT. Astra Internasional membina petani kopi di enam desa di wilayah Kecamatan Sumber Wringin sejak 29 juli 2020.
Keenam desa itu yakni Desa Sukorejo, Sukosari Kidul, Tegal Jati, Sumber Wringin, Sumber Gading dan Rejo Agung, yang semuanya adalah desa di daerah penyangga Kawah Ijen yang menghasilkan kopi Arabika.
Awalnya para petani kopi di Bondowoso ragu dengan tawaran pihak Unej yang bisa melakukan pembinaan hingga ekspor, bahkan beberapa kali petani berdebat dengan tim Unej karena banyak lembaga yang memberikan pelatihan, kemudian ditinggal begitu saja tanpa ada tindak lanjutnya.
Saleh yang merupakan Ketua Lembaga Masyarakat Desa-Hutan (LMDH) Wana Agung Sejahtera yang menaungi para petani kopi di Desa Rejo Agung mengatakan para petani kopi di desa setempat bergabung dalam LMDH karena mereka menanam kopi di lahan milik PT. Perhutani.
Sebenarnya produk kopi petani di Desa Rejo Agung dan lima desa lainnya di Kecamatan Sumber Wringin tidak pernah sepi pembeli, namun harga yang diberikan oleh tengkulak jauh dari harga pasaran, bahkan sering kali kopi belum dipanen sudah di ijon oleh tengkulak.
Sekali panen petani kopi bisa mendapatkan hasil 2 hingga 3 ton kopi dari 0,5 hektare lahan miliknya dan setahun kopi bisa dipanen dua kali jika dirawat dengan baik, sedangkan dalam setiap panen dari kebun seluas 1 hektare bisa dihasilkan kopi green beans mencapai 1 ton.
"Selama ini saya menjual kopi secara glondongan, biasanya dihargai paling tinggi Rp9 ribu perkilogramnya. Sebenarnya harga kopi akan lebih tinggi jika diolah dan biji kopi yang sudah diolah dengan melewati penjemuran yang baik bisa mencapai Rp250 ribu perkilogramnya," katanya.
Harganya semakin tinggi jika sudah diolah menjadi kopi bubuk, namun terkadang petani butuh uang segera, sedangkan modal untuk mengolah kopi belum ada, sehingga menjualnya kepada para tengkulak karena kendala petani adalah pemasaran dan permodalan.
Banyak pembeli kopi Raung-Ijen hasil Bondowoso, namun mereka memilih memberi merk tertentu sehingga hilang nama Bondowoso saat dipasarkan.
Semua petani kopi, dan UMKM kopi di Kecamatan Sumber Wringin tergabung dalam Badan Usaha Desa (Bumdes) bersama yang dinamakan RAISA, singkatan dari Raung-Ijen Sumber Wringin Agropolitan.
Nantinya semua hasil kopi petani dalam bentuk green beans atau olahannya akan dipasarkan melalui Bumdes RAISA, termasuk kopi yang nantinya akan diekspor ke Eropa. Tentunya dengan kesepakatan ini membuat petani kopi wajib mematuhi persyaratan dan standar yang sudah ditentukan oleh pembeli.
Tidak hanya memproduksi kopi dalam bentuk green beans, beberapa petani sudah melangkah lebih maju dengan mengemas kopi produksinya menjadi kopi bubuk siap seduh seperti yang dilakukannya Saleh dengan kopi bubuk produksinya yang diberi merk Tsarima.
Kopi produksinya itu memiliki beberapa jenis, ada yang diolah secara natural hingga yang berjenis kopi wine. Bedanya ada pada cara pemrosesan dimana untuk mengolah kopi wine dibutuhkan waktu penjemuran dan fermentasi yang lebih lama, bisa mencapai 3 bulan lebih.
Untuk kopi bubuk jenis arabica, biasanya dijual seharga Rp50 ribu untuk kemasan 200 gram, sedangkan untuk kopi bubuk jenis robusta lebih murah yakni dibandrol Rp25 ribu. Tentu saja harga kopi bubuk jenis wine arabica lebih mahal bisa mencapai Rp500 ribu per kilogram.
Selain memproduksi kopi bubuk, para petani di Kecamatan Sumber Wringin juga memproduksi produk turunan seperti sabun kopi, scrub kopi hingga pengharum mobil dengan aroma kopi.
Pihak Unej bersama PT Astra Internasional mendampingi para petani kopi tersebut secara konsisten membantu petani kopi di Bondowoso, apalagi penelitian kopi sudah masuk dalam Rencana Induk Penelitian (RIP) LP2M Unej.
Sekertaris I LP2M Unej Ali Badrudin mengatakan berkat pendekatan secara personal, ketelatenan disertai bukti nyata, pihaknya yang menggandeng PT. Astra Internasional berhasil meyakinkan para petani kopi di Kecamatan Sumber Wringin bergabung dalam program Desa Sejahtera Astra.
Mulai bantuan dari sisi teknis penanaman, perawatan, panen, pasca-panen, proses pengolahan hasil panen, pemasaran, hingga penguatan kelembagaan kelompok petani kopi.
Menurutnya tentu saja prosesnya tidak begitu saja jadi, perlu waktu panjang dan kerja sama dengan semua pihak untuk mewujudkan impian petani kopi Bondowoso mengekspor produknya ke luar negeri.
Langkah membawa kopi Bondowoso ke tataran dunia yang sudah dirintis semenjak 2020 lalu tidak mudah karena perlu kerja keras dan kerja sama dengan semua pihak untuk membawa kopi Bondowoso ke tingkat dunia.
Kini tantangannya bagaimana menjaga dan meningkatkan mutu kopi Bondowoso dan memastikan hasil panen, agar tercipta kesinambungan ekspornya, kemudian PR bersama adalah bagaimana mem-branding kopi Bondowoso agar lebih dikenal.
Ali menjelaskan pihaknya bersama PT. Astra Internasional pun sudah mempersiapkan laman untuk memasarkan kopi Raung-Ijen, namanya kopiraisa.com yang tidak hanya memasarkan produk kopi saja, tapi juga produk kreatif Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) di Kecamatan Sumber Wringin.
"Sebenarnya permintaan kopi Raung-Ijen untuk memenuhi pasar lokal dan nasional masih terbuka lebar, tapi kami ingin memasarkan ke luar negeri agar keuntungan yang didapat oleh petani makin meningkat. Kuncinya petani harus bisa menjaga kualitas kopinya," katanya.
Target petani kopi di Sumber Wringin Bondowoso untuk memasarkan kopi Raung-Ijen memang baru dirintis, memang bukan perjalanan yang ringan namun bukan juga mimpi di siang bolong.
Kuncinya tentu kerjasama dan kolaborasi melalui pentahelix, dimana pemerintah melalui Pemkab dan DPRD Bondowoso hadir, akademisi diwakili oleh Universitas Jember, PT. Astra Internasional dan Bank Jatim turut membantu, sehingga semuanya bersatu padu berkoordinasi serta berkomitmen membantu harapan petani kopi Sumber Wringin untuk bisa mengekspor kopi Raung-Ijen mereka.
Jajaki ekspor ke Eropa
Langkah para petani kopi binaan Universitas Jember untuk mengekspor produknya ke luar negeri semakin mendekati kenyataan seiring dengan keikutsertaan kopi Arabica dan Robusta Bondowoso dalam kegiatan coffee cupping (pencicipan rasa) oleh tester kopi profesional Eropa di Hotel Marriot Den Haag Belanda pada 2 September 2021.
Kopi Bondowoso tampil dalam kegiatan Indonesian Coffee Cupping 2021 yang digelar oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Belanda bersama Kementerian Perdagangan RI dan kegiatan pencicipan rasa kopi itu akan menjadi rekomendasi bagi pembeli kopi dari Eropa untuk menentukan kopi yang akan mereka beli.
Dari kegiatan coffee cupping oleh tester profesional itu selanjutnya akan menghasilkan sertifikat yang menjadi salah satu jaminan bahwa kopi Bondowoso sudah tidak diragukan lagi cita rasanya, selanjutnya pihaknya berharap masuk ke perundingan dengan importir kopi dari Belanda dan negara lain di Eropa.
Untuk diketahui, hasil panen kopi Bondowoso jenis arabica dalam bentuk green beans ditawarkan seharga 8,62 dolar perkilogramnya, sementara untuk kopi robusta dikisaran harga 5,17 dolar perkilogramnya, sehinggga jika perundingan harga deal, maka bisa dibayangkan keuntungan yang diterima para petani kopi Bondowoso.
Beruntung, mitra Unej dalam membina petani kopi adalah PT. Astra Internasional, perusahaan besar di Indonesia yang kiprahnya sudah mendunia. Dengan jejaring yang dimilikinya, akhirnya kopi Bondowoso diperkenalkan kepada dunia, termasuk menggandeng KBRI Indonesia di Belanda.
Perwakilan PT. Astra Internasional Bima Krida Arya mengatakan targetnya pada tahun 2022 sudah ada local hero dari Kecamatan Sumber Wringin yang tampil sebagai eksportir kopi melalui program Desa Sejahtera Astra dengan fokus pada empat hal yakni penguatan kelembagaan, bantuan sarana dan prasarana, akses pemasaran dan permodalan.
Sementara Duta Besar RI untuk Belanda Mayerfas dalam sambutan kegiatan Indonesia Coffee Cupping 2021 mempromosikan keanekagaraman kopi Indonesia di hadapan para tamu tester kopi profesional, pemilik kafe, barista dan importir kopi dari Belanda dan Belgia.
Menurutnya Belanda adalah pasar potensial bagi kopi Indonesia karena berdasarkan dari data yang ada, rata-rata warga Belanda meminum 4 cangkir kopi sehari. Jumlah ekspor kopi Indonesia ke Belanda pun stabil walau di masa pandemi, tahun 2020 lalu nilainya mencapai 5,16 juta dolar.
Oleh karena itu KBRI Belanda terus memfasilitasi dan mempromosikan kopi Indonesia ke khalayak Belanda dan Eropa, bekerjasama dengan berbagai pihak termasuk PT. Astra Internasional.
Setahap demi setahap impian petani kopi Bondowoso untuk tembus pasar ekspor bisa segera terwujud, namun sekarang bagaimana petani kopi Sumber Wringin dan Bondowoso mampu menjaga produktivitas kebun kopinya dan mampu menjaga kualitas panen kopinya sehingga ekspor kopi ke luar negeri jadi berkelanjutan.
Tentu saja bukan pekerjaan mudah, tapi dengan kerja sama semua pihak, petani kopi, pemerintah, perguruan tinggi, dunia bisnis, komunitas dan media massa maka angan-angan ekspor kopi Bondowoso ke luar negeri sedikit demi sedikit bisa diwujudkan agar perekonomian warga meningkat.