Sampang (ANTARA) - Dinas Pendidikan Kabupaten Sampang melakukan uji coba kegiatan belajar mengajar atau sekolah tatap muka terbatas di berbagai tingkatan pendidikan di wilayah itu, dengan penerapan protokol kesehatan yang ekstra ketat dan pengawasan Satgas COVID-19 setempat.
Menurut Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Sampang Nur Alam di Sampang, Sabtu, uji coba sekolah tatap muka terbatas itu sesuai ketentuan yang ditetapkan pemerintah pusat bagi kabupaten/kota yang masuk dalam tingkatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 2.
"Dalam ketentuan itu menyebutkan bahwa kuota maksimal adalah 50 persen dari total jumlah siswa," katanya.
Uji coba sekolah tatap muka di Sampang itu sejak 18 Agustus 2021 dan akan berlangsung hingga 23 Agustus 2021.
Selanjutnya, Disdik bersama Satgas COVID-19 Pemkab Sampang akan melakukan evaluasi atas pelaksanaan sekolah tatap muka terbatas itu, apakah akan dilanjutkan atau tidak, dengan memperhatikan perkembangan situasi terbaru tentang penularan COVID-19 di wilayah itu.
Selama uji coba sekolah tatap muka berlangsung, para siswa dan guru di berbagai sekolah di kabupaten ini memang nampak memperhatikan ketentuan protokol kesehatan yang telah ditetapkan Satgas COVID-19 setempat.
Mereka antara lain memakai masker dengan dua lapis, menjaga jarak, dan memperhatikan ketentuan selalu mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun, termasuk di sejumlah lembaga swasta yang ada di bawah naungan pondok pesantren.
Satgas COVID-19 Pemkab Sampang memberikan teguran langsung kepada kepala sekolah dan Disdik Sampang apabila ditemukan ada sebagian siswa yang tidak memenuhi ketentuan pelaksanaan protokol kesehatan.
Ia menuturkan para siswa dan orang tua siswa sebenarnya menginginkan sekolah tatap muka bisa digelar kembali, karena mereka bosan dengan sistem pembelajaran secara daring yang diterapkan selama ini.
"Itu dapat kami pahami, karena pola pembelajaran dengan tatap muka langsung itu memang jauh lebih efektif, terutama dari sisi ikatan emosional antara guru dengan murid, serta keakraban antara siswa dengan sesama siswa, serta siswa dengan guru," katanya.
Pandemi COVID-19 yang terjadi selama ini telah memaksa semua pihak mengubah pola hidup dengan kebiasaan baru, termasuk pola kegiatan belajar mengajar di berbagai tingkatan lembaga pendidikan.