Kediri (ANTARA) - Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar menegaskan bahwa petugas PPKM mikro rutin mendatangi warga yang memutuskan melakukan isolasi mandiri setelah terkonfirmasi positif COVID-19, sehingga selalu terpantau kesehatannya.
Wali Kota mengemukakan Pemkot Kediri rutin menerjunkan petugas mendatangi satu per satu warga yang melakukan isolasi mandiri. Para petugas ini akan mengecek kadar oksigen warga isolasi mandiri menggunakan oxymeter.
"Jadi warga yang isoman ini terpantau kondisinya. Apabila terjadi perburukan maka akan segera dirujuk untuk mendapatkan perawatan yang intensif," katanya di Kediri, Jawa Timur, Sabtu.
Pihaknya mengungkapkan banyak warga melakukan isolasi mandiri. Namun, ada juga beberapa kasus yang meninggal dunia saat isolasi mandiri, sehingga warga yang isolasi pun juga harus rutin melaporkan kondisi kesehatannya pada petugas.
Hingga kini, kasus konfirmasi positif COVID-19 di Kota Kediri masih mengalami peningkatan. Bahkan tanggal 22 Juli 2021, angka penambahan kasus konfirmasi positif menyentuh tiga digit. Total per tanggal 23 Juli 2021 ada 2.289 warga Kota Kediri yang telah terkonfirmasi positif COVID-19. Terdapat 484 orang yang masih dirawat, 1.585 orang telah sembuh dan 220 orang telah meninggal dunia.
Selain itu, tingkat keterisian tempat tidur (BOR) ruang isolasi di Kota Kediri sejumlah 76 persen. Angka ini masih di atas standar nasional.
Angka warga terkonfirmasi positif yang menjalani isolasi mandiri juga mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan banyak warga yang enggan untuk menjalani isolasi di rumah sakit. Saat ini, ada sekitar 1.200 warga yang isolasi mandiri.
Sesuai dengan rujukan pemerintah, pasien yang diperbolehkan melakukan isolasi mandiri adalah pasien yang tidak bergejala atau bergejala ringan, tidak memiliki komorbid, dan rumahnya layak untuk isolasi mandiri.
Bagi pasien COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri juga wajib mengetahui tanda-tanda yang mungkin bisa membahayakan kondisinya.
Tanda-tanda perburukan yang harus diawasi saat melakukan isoman (isolasi mandiri) di rumah adalah rasa sesak napas dengan saturasi di bawah 94 persen, dibuktikan dengan pengukuran alat oxymeter. Lalu, diare dengan frekuensi sering lebih dari lima kali sehari dan pasien tidak mau makan atau minum, ataupun muntah dengan frekuensi yang sering. Kemudian demam tinggi lebih dari 37,3 derajat celcius.
Wali Kota Kediri juga menjelaskan Pemerintah Kota Kediri telah memiliki SOP alur pelayanan pasien COVID-19 di Kota Kediri. Untuk pasien yang masuk orang tanpa gejala (OTG) dengan saturasi oksigen lebih dari atau sama dengan 95 persen dan respiratory rate 12-20 per menit dapat melakukan isolasi mandiri.
Pasien gejala ringan saturasi oksigen lebih dari atau sama dengan 95 persen dan respiratory rate 12-20 per menit diperbolehkan untuk isolasi mandiri atau menjalani isolasi di RS Kilisuci.
Pasien bergejala sedang saturasi oksigen 90-95 persen dan respiratory rate lebih dari 20 per menit menjalani isolasi di RSUD Gambiran Kediri atau rumah sakit rujukan.
Lalu untuk pasien gejala berat dengan saturasi oksigen kurang dari 90 persen dan respiratory rate lebih dari 30 per menit harus dibawa ke RSUD atau rumah sakit rujukan lain. Apabila RSUD Gambiran atau rumah sakit rujukan lain penuh, pasien gejala sedang dan berat dapat distabilisasi di RS Kilisuci Kediri.
"Isoman di rumah tidak selalu aman. Jangan takut untuk menjalani isolasi di rumah sakit, karena akan dirawat oleh tenaga medis," kata Wali Kota.