Malang (ANTARA) - Empat mahasiswa lintas fakultas Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur, merancang teknologi Smart Sensor Irrigation System untuk mempermudah sistem irigasi lahan pertanian.
Keempat mahasiswa tersebut adalah Syaifulla Amin dari Jurusan Teknik Elektro dibantu Izzatul Mas’una dan Amimmatur dari Jurusan Matematika, serta Mufid Zukhruf dari Jurusan Informatika.
Juru bicara mahasiswa Syaifulla Amin di Malang, Kamis, mengatakan Indonesia sebagai negara agraris menempatkan sektor pertanian sebagai salah satu roda penggerak ekonomi, namun proses pertanian di negeri ini masih tergolong tradisional.
"Para petani belum menggunakan teknologi dalam pengolahan lahan pertaniannya, termasuk sistem irigasinya," katanya.
Untuk memudahkan proses dalam irigasi sawah, lanjutnya, tim yang digawanginya itu merancang teknologi bernama Smart Sensor Irrigation System. Teknologi ini akan membantu para petani untuk mengatur proses pengairan di sawah mereka.
Teknologi ini dibuat dengan empat sensor utama yang berfungsi untuk mengukur ketinggian air di sawah, mengukur kelembaban tanah, mengukur suhu, dan kelembaban udara. Selain itu, juga bisa menentukan tingkat asam atau basa dari suatu larutan.
“Dengan informasi ini para petani akan mengetahui secara detail mengenai lahan pertaniannya," katanya.
Selain terhubung dengan dengan telepon pintar para petani, kata dia, sensor ini juga terhubung pada alat irigasi sawah. Alat tersebut otomatis terbuka dan tertutup sesuai tingkat air yang ada di sawah.
Syaifulla mengakui ide tersebut berawal dari kebiasaan para petani di daerahnya. Saat terjadi kekeringan, sawah dan ladang yang dekat dengan mata air akan menutup akses air bagi ladang yang jauh. Sedangkan pada saat curah hujan cukup tinggi, ladang dan sawah yang dekat dengan mata air akan mengalirkan air ke sawah-sawah yang lain.
"Sistem ini merugikan ladang yang jauh dengan mata air. Oleh karena itu, saya dan tim memiliki ide untuk merancang teknologi yang memudahkan petani," katanya.
Rancangan teknologi ini juga diikutsertakan dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada bidang Karsa Cipta (KC) dan lolos ke tahap pendanaan Dirjen Dikti pada Mei lalu.
Saat ini proses pengembangan teknologi ini berada di tahap pembuatan aplikasi. "Tim kami mulai membuat prototipe alat setelah Ujian Akhir Semester (UAS) selesai. Kami berharap teknologi ini akan membantu masyarakat luas, terutama bagi petani yang mengalami kendala dalam sistem irigasi sawah," demikian Syaifulla Amin.