Ngawi (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Ngawi mendorong petani di wilayah setempat untuk menanam komoditas jagung saat memasuki musim tanam kemarau yang minim pasokan air irigasi.
Kasi Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi Hasan Zunairi mengatakan jagung merupakan komoditas alternatif yang menjadi potensi di wilayah Ngawi saat musim tanam kemarau tiba. Terlebih untuk daerah yang sulit pasokan air dan irigasinya hanya mengandalkan air hujan.
"Ditargetkan tahun 2021 ini luas lahan penanaman jagung mencapai 30.167 hektare yang berada di daerah Kecamatan Karanganyar, Bringin, Padas, Karangjati, Pitu, Widodaren, dan Kasreman," ujar Hasan Zunairi di Ngawi, Senin.
Menurut ia, hingga April 2021, luas lahan penanaman jagung di Kabupaten Ngawi tercatat telah mencapai 14.043 hektare dengan hasil produksi sebanyak 100.821 ton jagung kering pipil. Luasan lahan tanam tersebut akan terus bertambah seiring memasuki musim kemarau nanti.
"Sedangkan hasil produksi jagung untuk tahun 2020 tercatat mencapai 241.625 ton jagung kering pipil dengan luas lahan tanam 33.586 hektare," katanya.
Dinasnya terus mendorong petani setempat untuk membudidayakan jagung, karena selain irit air, juga bernilai ekonomis. Sesuai data, harga jagung kering pipil di pasaran saat ini berkisar antara Rp5.300-Rp5.500 per kilogram, sehingga menguntungkan petani.
Pihaknya sangat mengapresiasi para petani yang bersedia menanam jagung. Sebab, dengan menanam jagung, para petani tersebut dinilai memperhatikan sistem pola tanam yang dianjurkan pemerintah, yakni padi-padi-palawija. Sehingga dapat membantu mengembalikan unsur hara tanah dan memutus rantai organisme pengganggu tanaman.
Salah satu petani jagung di Kecamatan Kasreman, Parno, mengatakan meski lahan tanaman jagung yang ia kelola hanya mengandalkan dari air hujan namun hasil panen musim jelang kemarau cukup bagus kualitasnya.
"Untuk per hektare lahan jagung jika kondisi kebutuhan air dan pupuknya terpenuhi maka mampu menghasilkan 6-7 ton. Namun, jika di lokasi yang sangat sulit air perkiraan sekitar 3 ton per hektare," kata Parno.
Ia menjelaskan dengan biaya produksi yang minim, petani jagung masih untung. Terlebih saat ini harga di pasaran cukup tinggi, yakni lebih dari Rp5.000 per kilogram untuk jagung kering pipil.
Untuk itu, ia memutuskan untuk menanam jagung dibanding padi. Terlebih wilayah Kasreman tergolong daerah yang sulit air saat musim kemarau berlangsung.
Guna memaksimalkan budi daya jagung, lanjutnya, petani jagung di Kabupaten Ngawi membutuhkan alat "planter" untuk menanam dan mesin selep jagung untuk memaksimalkan hasil panen.