Ngawi (ANTARA) - Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono menyatakan produksi pertanian jagung di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur menjadi andalan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan petani.
"Petani dengan menanam jagung seluas satu hektare bisa panen hingga 13 ton. Jika diolah menjadi pipil kering bisa menghasilkan hingga 11 ton jagung per hektare," ujarnya di Ngawi, Rabu.
Menurut dia, sesuai data dinas pertanian setempat, produktivitas jagung rata-rata 8-14 ton per hektare. Dengan harga sekitar Rp3.000 hingga Rp3.500 per kilogram, sehingga jika diakumulasikan bisa menghasilkan Rp35 juta.
Dari pendapatan sebesar itu dipotong biaya upah kerja, pupuk, dan benih, diprediksi petani masih bisa meraup keuntungan. Jumlah keuntungan itu akan meningkat jika harga jual jagung naik seiring kebutuhan dan kondisi pasar.
Karena itu, Pemkab Ngawi terus mendorong petani, utamanya di wilayah tepian hutan untuk melakukan penanaman jagung dengan memanfaatkan lahan di bawah tegakan bekerja sama dengan Perum Perhutani.
Produktivitas jagung dari Januari-Agustus 2024 di Ngawi terealisasi 229.146 ton dengan lahan pertanaman seluas 34.652 hektare. Terdiri dari 5.103 hektare lahan sawah dan 29.549 hektare lahan di bawah tegakan hutan.
Ony menambahkan dalam dua tahun terakhir, Pemkab Ngawi gencar mendorong petani di tepian hutan yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) untuk menanam jagung sesuai arahan Kementerian Pertanian guna mendukung ketahanan pangan selain padi yang menjadi komoditas andalan di Ngawi.
Pemkab Ngawi terus memfasilitasi kerja sama petani tepian hutan dengan Perhutani KPH Ngawi melalui Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan LMDH. Sesuai data dari 85 desa tepian hutan yang ada di Ngawi, sebanyak 60 desa di antaranya sudah tergabung dalam LMDH dengan Perhutani.
Jumlah tersebut akan terus ditingkatkan mengingat pentingnya kerja sama tersebut untuk memadukan fungsi aspek pengelolaan hutan yakni ekologi, ekonomi, dan sosial.