Surabaya (ANTARA) - Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya memiliki Observatorium Astronomi Sunan Ampel (OASA) Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) sebagai media belajar ilmu Falak.
"OASA menjadi tempat praktik pengamatan dan pembelajaran hilal bagi seluruh Mahasiswa Program Studi Ilmu Falak," kata Kepala Laboratorium FSH UINSA Nur Lailatul Musyafaah di Surabaya, Rabu.
OASA dikatakan wanita yang akrab dipanggil Musyafaah ini berada di rooftop Lantai 10 Gedung Twin Towers B Pascasarjana UINSA Surabaya.
OASA memiliki Kubah berdiameter 1,7 meter yang dapat berputar 360° (tiga ratus enam puluh derajat). Di dalam kubah terdapat teleskop Meade LX600 12 Inchi yang dapat bergerak secara otomatis mencari posisi benda langit.
Teleskop disertai detektor kamera Nikon D7200 atau ZWO ASI 120 MC untuk merekam objek langit.
"Selain teleskop utama OASA memiliki beberapa alat lainnya yang biasa digunakan untuk pengamatan hilal dan pembelajaran ilmu Falak. Seperti Theodolite, Jam Matahari, Astrolabe, Binocular, Teleskop Manual, kompas, dan GPS," katanya.
Tidak hanya pengamatan hilal, OASA bisa menjadi media pembelajaran langit seperti mengamati planet, bintang, galaksi, nebula dan objek langit lainnya.
"Pelaksanaan pengamatan objek langit bisa pagi, siang, sore, bahkan malam hari," ujarnya.
Apalagi, dikatakan Musyafaah, saat ini antusiasme masyarakat terhadap fenomena langit sangat besar. Seperti Gerhana bulan, gerhana matahari yang terjadi dikawasan Indonesia mendapat perhatian yang besar.
"OASA beserta Prodi Ilmu Falak FSH UINSA dapat memberikan layanan terhadap masayarakat dalam bentuk kunjungan umum terhadap fasilitas yang ada di observatorium. Masyarakat didampingi untuk mengetahui beragam peralatan dan kegiatan pengamatan langit terutama untuk kegiatan pengamatan hilal dan gerhana," katanya.
Penelitian yang dapat dikembangkan di OASA beserta Prodi Ilmu Falak FSH UINSA menggunakan konsep Twin Towers yang menggabungkan aspek sains dan ilmu keagamaan.
Dari sisi sains, penelitian teknik observasi hilal dapat dikembangkan menggunakan teleskop untuk mengumpulkan basis data hilal.
"Basis data dan teknik pengamatan hilal mutakhir dapat menjadi teroboson ilmu syariah guna menjawab permasalahan perbedaan penentuan awal bulan hijriyah yang masih belum terselesaikan secara nasional, regional, dan global," ujarnya.
Selain itu, secara ekonomis OASA juga bisa menjadi salah satu sumber pemasukan untuk universitas. OASA dapat menjadi daya tarik masyarakat, siswa-siswi sekolah, bahkan mahasiswa universitas lainnya untuk mengadakan kunjungan ke kampus UINSA.
"Ragam Pelatihan hisab rukyah dapat kita tawarkan ke berbagai kalangan dan organisasi masyarakat. Pelatihan olimpiade astronomi untuk tingkat siswa menengah atas (SMA/MA) juga bisa ditawarkan dengan fasilitas yang kami miliki," tuturnya.
Rektor UINSA, Prof Masdar Hilmy mengungkapkan keberadaan OASA tidak hanya sebagai sarana edukasi, namun juga dapat menjadi destinasi dan referensi, khususnya dalam rangka penentuan awal bulan Ramadhan.
"Mudah-mudahan ini akan menginspirasi hadirnya terobosan-terobosan lain di fakultas yang ada di seluruh UIN Sunan Ampel Surabaya. Dalam rangka memikirkan bersama apa yang bisa dikontribusikan bagi UIN Sunan Ampel Surabaya dan menjadi daya dorong bagi laju dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi," ujar Prof Masdar.(*)