Surabaya (ANTARA) - SMK Dr Soetomo Surabaya menggandeng Lembaga Sertifikasi Profesi Persatuan Karyawan Film dan Televisi (KFT) Indonesia menggelar uji kompetensi bagi sebanyak 56 siswa jurusan Produksi Film di sekolah setempat, Rabu.
"Uji kompetensi ini sebagai bekal sertifikat pendamping ijazah bagi siswa. Uji kompetensi digelar selama dua hari dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat," Ketua Jurusan Produksi Film, Azhari Cahyono di sela pelaksanaan uji sertifikasi.
Azhari menjelaskan uji kompetensi ini dimulai dengan pembagian siswa dalam tujuh kelompok dan kemudian satu kelompok memproduksi satu film.
Kemudian penilaian dilakukan mulai dari pra produksi film hingga post produksi film selama empat bulan.
"Pembuatan film ini juga termasuk penilaian ujian semester, jadi guru pembimbing di sekolah juga ikut mengarahkan dan menilai proses produksinya," katanya.
Azhari memaparkan dalam pembentukan kelompok, setiap siswa juga memilih posisinya dalam produksi film. Mulai dari sutradara, produser, juru kamera, asisten sutradara, asisten kamera, bagian art, bagian lighting, bagian audio dan pembantu umum.
Posisi siswa dalam produksi film ini yang kemudian akan diuji dalam uji kompetensi.
"Produksi film bisa dilakukan di sekitar rumah siswa asal mendapat izin dari warga dengan adanya stempel resmi. Karena selama produksi juga harus menerapkan protokol kesehatan," katanya.
Setelah lolos uji kompetensi, para siswa akan mendapat sertifikat profesi level dua. Sehingga bisa menjadi bekal siswa saat akan mencari pekerjaan di bidang produksi film.
Selain uji kompetensi, tujuh film hasil produksi siswa ini juga di tayangkan di halaman sekolah untuk ditonton bersama siswa lainnya.
"Jadi sebagai apresiasi karena mereka sudah membuat film sendiri, kami manfaatkan fasilitas di sekolah untuk nonton bersama sesuai dengan prokes," ucapnya.
Penguji LSP KFT Indonesia, Gunawan Paggaru mengungkapkan dalam uji kompetensi ini karya film yang dibuat siswa sebagai referensi untuk melihat kompetensi siswa. Mulai dari pengetahuan tentang film, skill dan sikap dalam produksi film.
"Kami tidak berbicara estetika film dalam kompetensi ini, yang coba kami ukur itu pengetahuan, kemampuan, dan sikap mereka terhadap tugas mereka," kata pria yang juga menjabat Ketua Umum di KFT Indonesia ini.
Sejauh ini, menurutnya para siswa sudah cukup mengetahui tugas mereka secara dasar sesuai level mereka di SMK. Hal ini sebagai modal terjun ke industri.
"Dalam masa pandemi ini, para lulusan produksi film ini harus jeli melihat peluang. Bisa mempersiapkan cerita dulu di rumah dan meningkatkan kompetensi menulisnya. Saat pandemi lewat bisa diproduksi," ucapnya.
Melihat peta industri film di Indonesia, menurutnya saat ini butuh tenaga hingga 60.000 orang dalam produksinya. Sementara itu, pemenuhannya saat ini baru 50 persennya, bahkan yang kompeten hanya 1 persen.
"Kegiatan uji kompetensi ini sebagai pendamping ijazah siswa yang membuktikan kompetensi siswa sesuai profesinya. Sehingga saat kerja tidak salah alamat, berbeda dengan ijazah yang hanya menunjukkan kelulusannya, tapi tidak ada profesinya sehingga saat kerja bisa sesuai kompetensinya dan produktif," katanya. (*)